Senin, 25 Maret 2013

When love was speechless..

Diposting oleh Unknown di 22.26 0 komentar

Pagi sendu, mendung.. bagai awan tak ingin menunjukan dirinya pada matahari, memperlambat langkah Rafsya, seorang mahasiswi di salah satu universitas terkemuka di kota Jakarta, gadis yang sedang merantau dan jauh dari keluarganya ini sangat berambisi menjadi seorang penulis. Walaupun kedua orang tua nya tidak pernah mendukung mimpi gadis ini, namun itu semua tidak pernah menghentikan langkah kakinya untuk mencapai semua keinginannya. Pagi ini masih seperti biasa.. hanya secangkir kopi hangat dan suara burung yang menemani hari-hari Rafsya. Gadis ini dikenal sebagai gadis mandiri, saking mandiri nya.. ia kadang dijuluki “Gadis Anti Sosial”, tidak pernah aktif dalam organisasi apapun dan seorang gadis yang susah berbaur dengan lingkungan sekitarnya, seorang gadis yang tidak bisa cepat memposisikan dirinya dalam lingkungannya sebagai mahasiswi. Namun Rafsya dikenal sebagai mahasiswi terbaik tahun ini.. pantas saja Rafsya dikenal sebagai mahasiswa yang pandai, IPK ia tahun ini menjadi sorotan para mahasiswa lainnya, mendapatkan 3.99 adalah salah satu mimpi para mahasiswa lainnya dan Rafsa lah yang berhasil mendapatkan itu..
“Hei.. Kamu Rafsya ya?”.. seketika terdengar alunan suara dari lorong kelas sebelah, Rafsya yang dikenal gadis jutek itu tidak menanggapi suara tersebut, ia tetap fokus dengan novelnya dan setumpuk buku yang digenggamnya.. “Hei.. Halo.. Kamu Rafsya, kan?” lagi-lagi suara itu terdengar, bahkan sekarang suara itu lebih jelas ditelinga Rafysa. “Hmm.. Hai.. iya aku Rafsya, maaf kamu siapa ya?” Ucap Rafsya dengan suara sinis sambil kembali fokus ke buku yang sedang dibacanya. “Aku.. Aku Bara. Salam kenal ya..”. ternyata suara yang menyapa Rafsya berasal dasri suara Bara, siapa yang tidak kenal Bara.. asisten dosen yang satu ini dikenal sebagai mahasiswa yang berkarisma, paras wajahnya yang manis selalu membuat para mahasiswi lainnya tergila-gilan padanya.. “oh.. iya sama-sama”. Kata Rafsya tanpa menoleh ke arah Bara.. “selamat juga deh IPK kamu paling tinggi tahun ini.” Kata Bara sambil mengulurkan tangannya ke tangan Rafsya. Tanpa basa-basi Rafsya mendekatkan kedua tangannya tanpa menjabat tangan Bara “Terimakasih banyak ya..” dengan tergesa-gesa Rafsya pergi meninggalkan Bara. Rafsya juga dikenal sebagai mahasiswi yang sangat taat dengan agama. Oleh karena itu Rafsya tidak menoleh dan melihat kehadapan Bara dan Rafsya juga tidak menjabat tangan Bara.
Siang hari nya di kantin, Bara yang diam-diam sering memperhatikan Rafsya mencoba menghampiri Rafsya yang sedang asyik dengan semangkuk bakso yang dimakannya.. sadar sedang diperhatikan oleh seseorang akhirnya Rafsya bergegas perfgi dari kantin. Bara merasa sangat bingung dengan tingkah laku Rafsya, satu hal yang Bara tidak tahu dari Rafsya adalah Rafsya tidak pernah mau dekat dengan lelaki selain dengan keluarganya. Bara tetap mengikuti jejak langkah Rafsya yang sedang menyusuri lorong demi lorong koridor kampus.. kecantikan hati Rafsya lah yang telah berhasil memikat hati Bara. Jangan bertanya tentang paras cantiknya, kesantunan akhlaknya, dan ibadahnya. Namun dengan kecantikan hati Rafsya lah Bara menjadi jatuh hati padanya. Satu demi satu semua kelakuan Rafsya selalu diperhatikan oleh Bara, hampir setiap pagi Bara meletakan setangkai mawar putih di loker tempat Rafsya menaruh barang-barangnya. Tanpa di kertahui Rafsya tentunya..
“Terus kejar mimpimu, sang penulis berhati malaikat. Dari aku yang mengagumimu”.. potongan kata yang ditemukan dalam lilitan setangkai mawar putih pagi ini yang dibaca oleh Rafysa. Rafsya memang sangat menyukai mawar putih, karena mawar putih dapat melambangkan kesucian, banyak tanda tanya yang terlontar dalam pikiran Rafsya.. “bunga dari siapa ya? Kenapa setiap pagi selalu ada mawar putih dengan kata-kata puitis seperti ini?”. Dari kejauhan Bara tersenyum manis melihat Rafsya yang sedang menghirup harum bunga mawar putih darinya. Bara selalu menyempatkan diri setiap paginya untuk membeli mawar putih dan diberikannya pada Rafsya. Namun Rafsya tidak pernah mengetahui tentang itu dan Bara pun tidak mau Rafsa tahu bahwa dirinyalah yang memberikan mawar putih setiap pagi di loker Rafsya.
Hari berganti hari, detak jam pun selalu berputar seiring berjalannya waktu, Rafsya tetap fokus dengan dunia menulisnya dan Bara juga tetap fokus dengan serentetan praktikum kedokterannya. Maklum saja, memasuki semester akhir kedua mahasiswa ini sibuk dengan skripsi yang mereka kerjakan. Namun itu semua tidak menghentikan kebiasaan Bara yang selalu meletakan mawar putih di loker Rafsya.. “siapapun yang memberikan ini, aku mau bilang terimakasih.. pasti orang yang memberikan ini hatinya secu sesuci mawar putih ini..” kata Rafsya sambil mengcium dan menghirup aroma mawar putih itu..
Hari berikutnya.. sengaja Rafsya melangkahkan kakinya lebih pagi dari biasanya, sengaja ia ingin mencari tahu tentang siapakah orang yang meletakan mawar putih di lokernya. Pukul 06.00 Rafsya sudah berada di kampus, tidak seperti biasanya.. Rafsya yang biasanya datang ke kampus saat mata kuliah berlangsung kini berada pagi-pagi buta hanya untuk menyelidiki seorang pengagum rahasianya yang selalu memberikan mawar putih, di waktu yang bersamaan Bara hari itu tidak meletakan mawar putih di loker tempat biasanya ia memberikan aroma indah mawar putih untuk Rafsya, gadis pujaannya.. Bara hari itu tidak datang ke kampus dikarenakan sedang sibuk menyelesaikan skripsi akhirnya...
Hampir sejam Rafsya duduk di pojok bangku taman dengan memasang wajah harap-harap cemas. Matanya mengelilingi seluk beluk lorong-lorong kampus dengan berharapan dapat mengetahui siapa orang yang selalu meletakan mawar putih beserta puisi-puisi indah di loker nya.. waktu terus berjalan.. tanpa dirasa sudah dua jam ia duduk ditempat yang sama, dengan pandangan yang sama, dan posisi duduk yang sesekali berpindah tempat, namun sayang.. orang yang ia tunggu-tunggu tak kunjung datang, ia merasa sedikit kecewa karena tidak dapat mencari informasi tentang pengagum rahasianya.. dan ia pun memutuskan untuk beranjak dari bangku taman itu dengan seribu tanda tanya didalam hatinya.. “Ergggghhh.. kenapa gak keliatan sih orang itu? Tambah penasaran aja nihhhh!!!!!!”........
Seminggu berlalu, tanpa ada mawar putih dan sepucuk puisi di lokernya. Hati Rafsya makin bertanya-tanya dan ribuan tanda tanya mulai menghampiri malam-malam gadis ini. Entah dimana Bara saat itu, saat dimana Rafsya benar-benar menyimpan banyak tanya tentang si pengagum rahasianya. Dalam doa selalu ada potongan kalimat yang rutin diucapkan disela-sela doa nya.. “Ya Allah.. siapapun orang itu, pertemukan ku dengan dia. Andai aku bisa mengetahui siapa orang itu..” Rafsya memang gadis yang tidak pernah akrab dengan dunia cinta. Hari-hari nya dihabiskan dengan bertumpuk-tumpuk buku dan berlembar-lembar kertas mata kuliahnya. Dan memang Rafsya mempunyai tekad. “Sebelum toga sudah aku kenakan, aku tidak akan mau tahu apa itu cinta”..
Malam hari nya, saat Rafsya sedang teliti menyelesaikan tugas mata kuliah nya tiba-tiba ada suara yang memanggil ia dari arah depan rumahnya.. “Rafsya.. Rafsyaaaa...” seketika suara itu menghentikan goresan pena yang sedang dipegang oleh Rafsya, namun Rafsya tidak memperdulikan nya. dan dengan serius ia tetap pada pekerjaannya yang bertumpuk itu.. sampai akhirnya, Ibu Rafsya mengetuk pintu kamar Rafsya. “Sya.. ada tamu tuh. Nyariin kamu tuh dia”. Dengan langkah yang tetap ditemani oleh buku Rafsya pun bergegas membuka pintu kamar, “siapa,Bu? Malam-malam gini bertamu gak sopan banget sih..”. dengan sinis omongan itu terlontar dari bibir tipis Rafsya. “Hei.. apa kabar?..” suara itu.. suara yang selalu menggangu di telinga Rafsya, Bara.. ternyata Bara yang malam-malam berkunjung ke rumah Rafsya. “ngapain kamu kesini? Gak pernah di ajarin tata krama bertamu ya? Ini sudah malam..” ketus Rafsya. Mendengar itu Bara langsung merasakan miris. Entah apa yang dipikirkan oleh Rafsya, niat baik Bara ternyata disambut dengan kesinisan..
“Aduh.. omongan aku salah gak ya tadi itu, jadi ngerasa gak enak sama dia. Erghh.. biarin deh. Abisnya dia nyebelin..” celetuk Rafsya sambil menutup pintu kamarnya dan mematikan lampu disamping tempat tidurnya. Ditempat yang berlainan Bara pulang dengan membawa sebuah penyesalan. “Ampun deh.. dari sekian banyak cewek yang pernah gw deketin baru kali ini ada cewek yang galaknya ngelebihin macan. Gimana mau deket.. denger suara gw aja dia udah males”.. ucap Bara sambil mengacak-acak rambut..
Hari berganti hari.. kedekatan mereka yang awalnya selalu tidak akur lama kelamaan mulai membaik, hingga akhirnya Bara memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya yang selama ini sudah dipendam, bagai seekor kupu-kupu yang hinggap di bunga, seperti itulah yang dirasakan Bara sekarang. Gadis cantik yang selama ini ia puja dan ia banggakan ternyata juga diam-diam menyimpan perasaan yang sama. Hingga singkat cerita akhirnya Rafsya menerima Bara untuk menjadi kekasihnya...

Diposting oleh Unknown di 22.16 0 komentar
Pagi kelabu itu kini hilang, langit abu-abu bahkan sendu kini lenyap seiring berjalannya waktu.. bagai taman yang ditumbuhi bunga-bunga dan kini aku berdiri ditengah-tengah kerumunan bunga-bunga indah yang merekah, bernyanyi dan menari. Kini aku merasakannya lagi, kini aku mendapatkannya lagi, sesuatu yang dulu hilang dari kehidupanku kini hadir kembali. Kau datang hadirkan sejuta angan untukku, datang dalam kehidupanku dan menjadi bagian dari sepenggal kisahku. Bukan karena aku mengerti apa artinya ini, justru selalu ada tanda tanya besar setiap kali aku melihatmu, melihat senyummu, bahkan selalu ada tanda tanya besar ketika senyum itu hadir dalam hatiku. Masih sama seperti detik ini, tanda tanya besar itu selalu hadir dan entah akan enyah sampai kapan.. mungkin sampai saat nya nanti aku akan bisa menjawab semua tanda tanya besar ini, mengartikan setiap tetes air mata bahagia ini, mendefinisikan setiap ketenangan dihati ini saat memelukmu, dan mungkin hingga saatnya tiba nanti aku dapat menjelaskan apa arti dari ini semua..
Hari kehari.. waktu ke waktu, ku temukan lagi perasaan aneh ini, perasaan takut.. bukan takut dalam artian lain, melainkan takut untuk jauh darimu, takut pada satu waktu yang nantinya mungkin akan memisahkan antara aku dan kamu, takut.. takut suatu saat nanti senyum itu akan hilang dari pandanganku... Aku masih mencari dan mencari jawaban dari tanda tanya besar itu. Hari berganti hari, makin banyak dan lebih banyak tanda tanya besar itu menghantui setiap malamku.. apa ini yang namanya “mencintai”? apa ini yang namanya “dicintai”? apa ini yang namanya “memiliki”? dan apa ini rasanya “dimiliki”? ataukah mungkin ini semua bertanda aku mulai mencintaimu? Menikmati detik demi detik saat bersamamu, larut dalam canda dan tawamu seakan tak ingin melepasmu..
Iya. Dulu kelabu. Iya. Dulu abu-abu. Iya. Dulu hampa. Namun “Tidak” untuk detik ini, semenjak aku mengenalmu, aku merasakan hal aneh ini.. mengenalmu dengan singkat, kembali larut dalam canda dan tawamu dengan singkat.. namun mencintamu tak akan pernah sesingkat pertemuan kita. Tak perlu waktu lama untuk mengenalmu, menjadi bagian dari senyumanmu.. dan kini tak perlu waktu lama untuk mencintaimu. Tidak butuh dari ratusan, jutaan bahkan miliyaran kata untuk menggambarkan “kamu” didalam kata demi kata kalimat atau bait yang kutulis..
Once thouht, ‘i think i’ll live forever alone”.. But once i know u, thought it was gone. And because with u, i’m not afraid to dream.. Ngg.. i know.. myb just&only u make me feel so “loving” with u.. This heart has been locked for a longtime, never was able to unlock it. Unless “you”

Kamis, 07 Maret 2013

Fish.

Diposting oleh Unknown di 06.29 0 komentar
Suka prihatin kalau ngeliat ikan merah disebalah kiri blog gw ini. Hahaha.. udah kecil.. sendirian.. hmm.. like me sekali ya.. ada arti tersendiri sebenernya kenapa gw Cuma pelihara 1 ekor ikan tapi alesan itu rahasia perusahaan. Hmm.. ya gitu deh, belajar hidup dari ikan merah gw itu ya. Walaupun sendiri tapi dia masih bisa hidup, nggak pernah dikasih makan, nggak pernah punya temen, nggak pernah ngerasain seneng sama temen-temennya tapi dia masih bisa hidup, masih bisa berenang bebas tanpa mikirin apa kendala hidupnya yang bener-bener diposisikan untuk menyendiri. Walaupun capek muter-muter nggak jelas dan sendirian pula, tapi ikan merah itu masih semangat buat nerusin hidupnya yang emang sendirian. Dan kelak suatu saat nanti mungkin ada ikan lain yang mau temenin dia supaya nggak sendirian lagi (walaupun nggak tau kapan datengnya)

All-(one) / A-l-one / Alone "?????"

Diposting oleh Unknown di 06.09 0 komentar

Yang paling sulit itu adalah.. harus disudutkan oleh pilihan yang nggak pernah gw bayangin sebelumnya, “Berlari atau tetap diam” “????”. Yang lebih sulit mungkin saat disudutkan oleh pilihan “Melupakan atau Bertahan” “????”. Saat semua keadaan mengharuskan gw untuk bertindak sedemikian rupa, kayaknya gw lebih milih buat diem aja.. bukan karena gw takut ambil pilihan, tapi mungkin saat gw diem semuanya akan jauh lebih baik, ya walaupun gw tau nanti nya gw yang bakalan ngerasain jatuh kelubang yang sama lagi. Saat keadaan ngeharusin gw untuk “Tidak bahagia” seenggak nya gw masih punya cara buat bikin diri gw bahagia, dan ini juga mungkin tanpa orang lain. Buat gw, sendiri kayaknya lebih dari cukup buat sekarang-sekarang ini. Bukan karena gw nggak mensyukuri orang-orang yang ada disekitar gw, tapi buat “sekarang” ini kayaknya emang gw ditakdirin untuk sendiri dulu. Bergelut dengan ratusan pertanyaan disetiap soal yang dikasih dari guru per-mata pelajaran gw disekolah. Hmm.. gw juga ngerasain hal yang paling gw benci sih disetiap saatnya, “Sendirian”. Dan ini emang selalu gw rasaian, ditempat rame ataupun emang tempat sesunyi apapun.. mungkin bagi segelintir orang pemikiran gw yang kayak “gini” itu terlalu kekanak-kanakan. Ngerasa sendiri saat rame? Yes. Ngerasa sendiri saat berada ditengah-tengah keramaian? Yes. Sejujurnya buat gw, temen itu salah satu sarana yang paling tepat buat ngilangin rasa “forever alone” nya gw. Tapi kalau temen aja nggak ada saat gw butuhin ya gimana kabarnya perasaan gw?.. sebisa mungkin kayaknya gw harus berusaha semangatin diri gw sendiri buat sekarang-sekarang ini. Saat dimana gw bener-bener ngerasa sendiri itu kayaknya nggak bisa dihitung kapan waktunya. Intinya.. setiap gw bener-bener ngerasa asing sama orang-orang disekitar gw, gw lebih milih buat mundur dari kalangan itu. Gw lebih milih menyendiri.. seenggaknya menyendiri lebih baik dari pada bersama namun tetap merasasendiri. Hehe.. pada dasarnya nggak ada orang yang mau sendirian didunia ini, tapi kadang keadaan yang nakdirin kita buat sendirian disini. Mungkin buat ngajarin kita gimana rasanya hidup sendiri tanpa ada satu orangpun yang perduli. Banyak orang-orang yang ngajarin gw “gimana hidup dan apa artinya hidup” dan mungkin dari orang-orang itu gw bisa coba lebih tegar buat ngadepin soal-soal yang sepele kayak gini doang, iya.. gw ngerti. Soal sepele itu nanti yang bisa jadi boomerang buat kehidupan gw kedepannya. Tapi ya.. ya diperenjoy aja kayaknya. Seenggaknya dengan masalah yang numpuk kayak gini gw lebih bisa menghargai hidup.. dimana orang terpuruk tapi bisa tetap bangkit dan tersenyum didepan orang banyak, walaupun dibelakang orang banyak itu ya tetep aja ngerasa sendiri dengan tekukan di wajah gw. Mungkin emang udah jalannya diusia gw yang labil-labil nya kayak gini gw diharusin buat bisa berdiri sendiri tanpa orang lain&orang terdekat yang bantu gw & semangati gw buat bangkit. Kalau sama masalah kayak gini aja gw udah pesimis gimana nanti kedepannya.. bisa-bisa gw tenggelem ditengah ribuan masalah sepele kayak gini. Seberat-beratnya Allah ngasih masalah ke umat-Nya, Allah gak akan kasih cobaan/masalah diluar batas kemampuan umat-Nya. dan gw yakin.. kalau ini gw masih kuat & gw masih mampu buat ngadepin semuanya yang ada didepan mata gw sekarang, besok, lusa, atau nanti yang gw sendiri belum tau kapannya..

Dava

Diposting oleh Unknown di 04.27 0 komentar

Hari ini tepat dua tahun setelah kepergian Dava, lelaki yang kurang lebih 5 tahun telah menyempurnakan hari-hari Aya. Lelaki yang selalu dikagumi oleh Aya ini memang sudah menghembuskan nafas terakhirnya karena salah satu kecelakaan yang tidak pernah diduga sebelumnya. Seperti biasa.. Aya selalu menghabiskan pergantian tahun dengan Dava, walaupun 2 tahun belakangan ini ia harus rela menghabiskan sisa tahun di depan makan Dava..
Kurang lebih 5 tahun yang lalu kisah cinta dua manusia ini dimulai. Dava seorang lelaki super jutek yang dikenal sebagai ketua osis ini berhasil memikat hari Aya, gadis angkuh yang disegani teman-temannya, dikenal sebagai gadis cerdas disegala bidang. Awal mula pertemuan mereka disebuah gedung saat Aya sedang melakukan hobby nya yaitu sebagai fotografer. Kegiatan ini memang tekun dilakukan Aya setiap petang hari penghabisan matahari. Dava yang saat itu memang selalu mengunjungi gedung tua disalah satu tempat di Bandung dengan membawa kanvas dan peralatan lukis lainnya. Seorang seniman yang diam-diam mengagumi seluruh isi bumi ini tanpa sengaja melukis seorang gadis yang sedang serius dengan kameranya. Warna demi warna di campurkan didalam kanvas putih nya, hingga akhirnya terlukislah seorang gadis cantik berambut panjang terurai dengan sebuah kamera yang dipegangnya.
Hari berikutnya mereka dipertemukan lagi, walau masih tanpa komunikasi, Dava masih memandangi Aya dari jarak kejauhan. Mencoba melukis tanpa harus diketahui oleh Aya, dan Aya pun masih belum sadar bila belakangan ini ternyata ada salah satu lelaki yang diam-diam memperhatikannya. Waktu terus berganti, hari terus berlalu dengan aktivitas yang masih sama. Aya yang sibuk dengan dunia foto nya dan Dava yang selalu sibuk melukis Aya dari jarak kejauhan. Entah sudah berapa puluh wajah Aya yang dilukis oleh Dava. Dan ternyata diam-diam Dava mulai menyukai Aya, tanpa ia tahu bahwa sebenarnya Aya adalah salah satu siswi disekolahnya.
Awal Senin seperti biasa, beberapa siswa mungkin mempunyai pemikiran bahwa “Monday is Mon(ster)Day”. Namun tidak untuk Aya. Gadis ini selalu bersyukur setiap hari nya, tanpa perduli masalah apa yang akan didapatkan nya di hari itu. Pagi ini dengan antusias nya ia memulai langkahnya disekolah. Tetap dengan kamera yang selalu dibawanya didalam tas dengan tumpukan buku yang dipegangnya dengan erat. Dengan topi dan dasi yang masih acak-acakan, tak tertinggal sebuah ikat pinggang yang telah dikenakannya namun terbalik...
*brakkk* buku-buku yang ada di tangan Aya tiba-tiba jatuh karena sebuah keteledoran seorang lelaki yang menabraknya, “Aduuuhh!! Gimana sih kalau jalan lihat-lihat donggg!!” ucap Aya dengan nada agak kesal. “Yampun maaf.. maaf gw nggak sengaja.” Suara ini ternyata berasal dari suara Dava. Dava yang dengan buru-buru membantu Aya untuk membereskan buku-buku yang tercecer dilantai. “Besok-besok kalau jalan jangan pake kaki aja ya, mata dipake juga” Kata Aya dengan sinis sambil meninggalkan Dava. “Gila! Cewek cantik kayak dia ternyata sinis kayak gitu. Gw kira..... ahh udahlah gak penting juga” ucap Dava dalam hati.
Gadis yang selama ini menjadi model dalam kanvas-kanvas Dava ternyata adalah seorang gadis yang angkuh. Awalnya Dava memang berusaha untuk melupakan puluhan lukisan tentang Aya, ternyata tidak bisa. Semakin keras ia mencoba melupakan, semakin keras pula ingatannya tentang Aya.  Ternyata mencoba melupakan gadis ini adalah salah satu hal yang menyulitkan untu Dava, hingga akhirnya Dava memutuskan utnuk mencari tahu lebih banyak tentang Aya.
Ternyata hampir satu bulan Dava mencari tahu semua informasi tentang Aya. Diam-diam ia menuruhsimpati pada Aya, diam-diam ia mengagumi Aya, diam-diam ia menyukai Aya, dan mungkin ia mencintai Aya secara diam-diam. Salah satu sahabat Aya memberitahu pada Aya bila Dava selalu mencari tahu tentang Aya. Namun respon Aya masih sama, flat. Gadis ini memang dikenal belum bisa membuka hatinya pada siapapun semenjak duduk dibangku 10. Hingga akhirnya sebuah kejadian yang membuat Aya dekat dengan Dava. Sekolah mereka mengadakan lomba fotografi, hingga akhirnya Aya mengikuti lomba tersebut, dan mulai sejak inilah kedekatan mereka dimulai.
“Lo ikut lomba juga?” Tanya Dava. Ternyata ketua panita lomba itu adalah Dava, lelaki yang disegani Aya sejak kejadian di koridor sekolah minggu lalu. “Iya, kenapa? Semua siswa berhak ikut kan?” Tegas Aya dengan sedikit keras. Suasana hening, sapaan Dava ternyata tetap dibalas dengan ketus oleh Aya. Namun Dava idak memperdulikan itu, ia tetap membimbing Aya selama lomba itu berlangsung. Singkat cerita Aya lah yang memenangkan lomba fotografi itu, memang bukan isapan jempol belaka semua jepretan Aya terpampang di mading sekolah.
“Hei.. selamat ya!” Ucap Dava sambil menjulurkan tangannya pada Aya, “Oke.. thanks lhooo udah bantuin gw juga. Hehe” kata Risya sambil tersenyum, ini kali pertama Dava melihat Aya tersenyum untuknya, ada rasa yang tak biasa saat mereka saling sejabat tangan dan bertatapan. Seakan waktu berhenti berdetak. Hingga akhirnya.. singkat cerita mereka memutuskan untuk bersama, walaupun awal mula hubungan mereka agak sedikit hambar. Karena Aya adalah sosok gadis yang lumayan kaku dengan lelaki. Namun itu semua tidak menjadi penghambat bagi hubungan mereka. Malah justru menjadi sebuah pengerat terselubung didalam hubungan mereka itu.
hari-hari mereka begitu indah, dengan atau tidak ada nya salah satu dari mereka tetap menjadi pelenggap didalam hubungan yang harmonis ini. Hingga suatu ketika keadaan yang tidak pernah dibayangkan oleh mereka terjadi. Malam itu, tepatnya malam dimana pergantian umur Aya. Dava yang bertujuan untuk menemui Aya pada malam itu mengalami suatu kecelakaan yang merenggut nyawanya. Mobil yang ditumpanginya ditabrak oleh salah satu truck dengan kecepatan tinggi. Entah apa yang dimimpikan mereka berdua saat kisah cinta mereka akhirnya berakhir dengan suatu kejadian tragis. Awalnya Dava hanya mengalami pendarahan di kepala yang menyebabkan penyumbatan otak. Namun Tuhan berkata lain.. Dava akhirnya harus menghembuskan nafas terakhirnya dimalam yang harusnya menjadi malam teristimewa bagi Aya. Aya yang dengan rasa bersalah karena selalu menyia-nyiakan waktu Dava saat bersamanya sangat terpukul dengan kepergian Dava..

By: Syr.

Senin, 04 Maret 2013

24November2012

Diposting oleh Unknown di 07.22 0 komentar




































What a day!!!!!! Thank you've made ​​my day memorable, Ilysm({})<3



"Ago"

Diposting oleh Unknown di 06.56 0 komentar

Kau selalu ada disamping ku
menemani hariku
kau tak pernah sirna meski kau tertutup awan hitam
kadang aku rindu sinar mu saat kau sedang tertidur..

Aku ingin menjadi dirimu..
yang tertakdir tuk menjadi benderang dunia ini
kau tak pernah protes walau ku sering mencibir mu
terang mu sangat nyata...

Apa aku yakin?
aku akan menjadi kau yang tak pernah berkomentar
oh Tuhan aku ingin menjadi sinar walau sementara
paling tidak saat dirinya yakin
bahwa aku bisa menyinari dirimu seperti matahari
walau tak sejernih mata air

Tapi aku bersyukur
aku punya kau yang selalu menyinari hariku
walau itu sesaat
tapi itu terlalu indah bagiku
bahkan seperempat detik pun

kau terlalu indah bagiku
bahkan kau terlalu sempurna
sampai-sampai kesempurnaan kau tak bisa ku balas

kau bagaikan matahari
walau terangnya tak sepenuh jam berputar
tapi aku yakin kau bisa sepenuhnya menyinariku
sepenuh jarum jam berputar
yang selalu jadi terterang dunia ku

Dan kau tak protes dengan keadaan
mungkin saja aku bisa berhenti menjadi benderang dirimu
hingga waktu ku ditelan bumi
hingga nafas ku terputus
aku menyayangi mu seperti aku menyayangi matahari

aku yakin kau sepenuhnya menjadi benderang sepenuh jarum jam berputar

By: Syahrima

Senin, 25 Maret 2013

When love was speechless..


Pagi sendu, mendung.. bagai awan tak ingin menunjukan dirinya pada matahari, memperlambat langkah Rafsya, seorang mahasiswi di salah satu universitas terkemuka di kota Jakarta, gadis yang sedang merantau dan jauh dari keluarganya ini sangat berambisi menjadi seorang penulis. Walaupun kedua orang tua nya tidak pernah mendukung mimpi gadis ini, namun itu semua tidak pernah menghentikan langkah kakinya untuk mencapai semua keinginannya. Pagi ini masih seperti biasa.. hanya secangkir kopi hangat dan suara burung yang menemani hari-hari Rafsya. Gadis ini dikenal sebagai gadis mandiri, saking mandiri nya.. ia kadang dijuluki “Gadis Anti Sosial”, tidak pernah aktif dalam organisasi apapun dan seorang gadis yang susah berbaur dengan lingkungan sekitarnya, seorang gadis yang tidak bisa cepat memposisikan dirinya dalam lingkungannya sebagai mahasiswi. Namun Rafsya dikenal sebagai mahasiswi terbaik tahun ini.. pantas saja Rafsya dikenal sebagai mahasiswa yang pandai, IPK ia tahun ini menjadi sorotan para mahasiswa lainnya, mendapatkan 3.99 adalah salah satu mimpi para mahasiswa lainnya dan Rafsa lah yang berhasil mendapatkan itu..
“Hei.. Kamu Rafsya ya?”.. seketika terdengar alunan suara dari lorong kelas sebelah, Rafsya yang dikenal gadis jutek itu tidak menanggapi suara tersebut, ia tetap fokus dengan novelnya dan setumpuk buku yang digenggamnya.. “Hei.. Halo.. Kamu Rafsya, kan?” lagi-lagi suara itu terdengar, bahkan sekarang suara itu lebih jelas ditelinga Rafysa. “Hmm.. Hai.. iya aku Rafsya, maaf kamu siapa ya?” Ucap Rafsya dengan suara sinis sambil kembali fokus ke buku yang sedang dibacanya. “Aku.. Aku Bara. Salam kenal ya..”. ternyata suara yang menyapa Rafsya berasal dasri suara Bara, siapa yang tidak kenal Bara.. asisten dosen yang satu ini dikenal sebagai mahasiswa yang berkarisma, paras wajahnya yang manis selalu membuat para mahasiswi lainnya tergila-gilan padanya.. “oh.. iya sama-sama”. Kata Rafsya tanpa menoleh ke arah Bara.. “selamat juga deh IPK kamu paling tinggi tahun ini.” Kata Bara sambil mengulurkan tangannya ke tangan Rafsya. Tanpa basa-basi Rafsya mendekatkan kedua tangannya tanpa menjabat tangan Bara “Terimakasih banyak ya..” dengan tergesa-gesa Rafsya pergi meninggalkan Bara. Rafsya juga dikenal sebagai mahasiswi yang sangat taat dengan agama. Oleh karena itu Rafsya tidak menoleh dan melihat kehadapan Bara dan Rafsya juga tidak menjabat tangan Bara.
Siang hari nya di kantin, Bara yang diam-diam sering memperhatikan Rafsya mencoba menghampiri Rafsya yang sedang asyik dengan semangkuk bakso yang dimakannya.. sadar sedang diperhatikan oleh seseorang akhirnya Rafsya bergegas perfgi dari kantin. Bara merasa sangat bingung dengan tingkah laku Rafsya, satu hal yang Bara tidak tahu dari Rafsya adalah Rafsya tidak pernah mau dekat dengan lelaki selain dengan keluarganya. Bara tetap mengikuti jejak langkah Rafsya yang sedang menyusuri lorong demi lorong koridor kampus.. kecantikan hati Rafsya lah yang telah berhasil memikat hati Bara. Jangan bertanya tentang paras cantiknya, kesantunan akhlaknya, dan ibadahnya. Namun dengan kecantikan hati Rafsya lah Bara menjadi jatuh hati padanya. Satu demi satu semua kelakuan Rafsya selalu diperhatikan oleh Bara, hampir setiap pagi Bara meletakan setangkai mawar putih di loker tempat Rafsya menaruh barang-barangnya. Tanpa di kertahui Rafsya tentunya..
“Terus kejar mimpimu, sang penulis berhati malaikat. Dari aku yang mengagumimu”.. potongan kata yang ditemukan dalam lilitan setangkai mawar putih pagi ini yang dibaca oleh Rafysa. Rafsya memang sangat menyukai mawar putih, karena mawar putih dapat melambangkan kesucian, banyak tanda tanya yang terlontar dalam pikiran Rafsya.. “bunga dari siapa ya? Kenapa setiap pagi selalu ada mawar putih dengan kata-kata puitis seperti ini?”. Dari kejauhan Bara tersenyum manis melihat Rafsya yang sedang menghirup harum bunga mawar putih darinya. Bara selalu menyempatkan diri setiap paginya untuk membeli mawar putih dan diberikannya pada Rafsya. Namun Rafsya tidak pernah mengetahui tentang itu dan Bara pun tidak mau Rafsa tahu bahwa dirinyalah yang memberikan mawar putih setiap pagi di loker Rafsya.
Hari berganti hari, detak jam pun selalu berputar seiring berjalannya waktu, Rafsya tetap fokus dengan dunia menulisnya dan Bara juga tetap fokus dengan serentetan praktikum kedokterannya. Maklum saja, memasuki semester akhir kedua mahasiswa ini sibuk dengan skripsi yang mereka kerjakan. Namun itu semua tidak menghentikan kebiasaan Bara yang selalu meletakan mawar putih di loker Rafsya.. “siapapun yang memberikan ini, aku mau bilang terimakasih.. pasti orang yang memberikan ini hatinya secu sesuci mawar putih ini..” kata Rafsya sambil mengcium dan menghirup aroma mawar putih itu..
Hari berikutnya.. sengaja Rafsya melangkahkan kakinya lebih pagi dari biasanya, sengaja ia ingin mencari tahu tentang siapakah orang yang meletakan mawar putih di lokernya. Pukul 06.00 Rafsya sudah berada di kampus, tidak seperti biasanya.. Rafsya yang biasanya datang ke kampus saat mata kuliah berlangsung kini berada pagi-pagi buta hanya untuk menyelidiki seorang pengagum rahasianya yang selalu memberikan mawar putih, di waktu yang bersamaan Bara hari itu tidak meletakan mawar putih di loker tempat biasanya ia memberikan aroma indah mawar putih untuk Rafsya, gadis pujaannya.. Bara hari itu tidak datang ke kampus dikarenakan sedang sibuk menyelesaikan skripsi akhirnya...
Hampir sejam Rafsya duduk di pojok bangku taman dengan memasang wajah harap-harap cemas. Matanya mengelilingi seluk beluk lorong-lorong kampus dengan berharapan dapat mengetahui siapa orang yang selalu meletakan mawar putih beserta puisi-puisi indah di loker nya.. waktu terus berjalan.. tanpa dirasa sudah dua jam ia duduk ditempat yang sama, dengan pandangan yang sama, dan posisi duduk yang sesekali berpindah tempat, namun sayang.. orang yang ia tunggu-tunggu tak kunjung datang, ia merasa sedikit kecewa karena tidak dapat mencari informasi tentang pengagum rahasianya.. dan ia pun memutuskan untuk beranjak dari bangku taman itu dengan seribu tanda tanya didalam hatinya.. “Ergggghhh.. kenapa gak keliatan sih orang itu? Tambah penasaran aja nihhhh!!!!!!”........
Seminggu berlalu, tanpa ada mawar putih dan sepucuk puisi di lokernya. Hati Rafsya makin bertanya-tanya dan ribuan tanda tanya mulai menghampiri malam-malam gadis ini. Entah dimana Bara saat itu, saat dimana Rafsya benar-benar menyimpan banyak tanya tentang si pengagum rahasianya. Dalam doa selalu ada potongan kalimat yang rutin diucapkan disela-sela doa nya.. “Ya Allah.. siapapun orang itu, pertemukan ku dengan dia. Andai aku bisa mengetahui siapa orang itu..” Rafsya memang gadis yang tidak pernah akrab dengan dunia cinta. Hari-hari nya dihabiskan dengan bertumpuk-tumpuk buku dan berlembar-lembar kertas mata kuliahnya. Dan memang Rafsya mempunyai tekad. “Sebelum toga sudah aku kenakan, aku tidak akan mau tahu apa itu cinta”..
Malam hari nya, saat Rafsya sedang teliti menyelesaikan tugas mata kuliah nya tiba-tiba ada suara yang memanggil ia dari arah depan rumahnya.. “Rafsya.. Rafsyaaaa...” seketika suara itu menghentikan goresan pena yang sedang dipegang oleh Rafsya, namun Rafsya tidak memperdulikan nya. dan dengan serius ia tetap pada pekerjaannya yang bertumpuk itu.. sampai akhirnya, Ibu Rafsya mengetuk pintu kamar Rafsya. “Sya.. ada tamu tuh. Nyariin kamu tuh dia”. Dengan langkah yang tetap ditemani oleh buku Rafsya pun bergegas membuka pintu kamar, “siapa,Bu? Malam-malam gini bertamu gak sopan banget sih..”. dengan sinis omongan itu terlontar dari bibir tipis Rafsya. “Hei.. apa kabar?..” suara itu.. suara yang selalu menggangu di telinga Rafsya, Bara.. ternyata Bara yang malam-malam berkunjung ke rumah Rafsya. “ngapain kamu kesini? Gak pernah di ajarin tata krama bertamu ya? Ini sudah malam..” ketus Rafsya. Mendengar itu Bara langsung merasakan miris. Entah apa yang dipikirkan oleh Rafsya, niat baik Bara ternyata disambut dengan kesinisan..
“Aduh.. omongan aku salah gak ya tadi itu, jadi ngerasa gak enak sama dia. Erghh.. biarin deh. Abisnya dia nyebelin..” celetuk Rafsya sambil menutup pintu kamarnya dan mematikan lampu disamping tempat tidurnya. Ditempat yang berlainan Bara pulang dengan membawa sebuah penyesalan. “Ampun deh.. dari sekian banyak cewek yang pernah gw deketin baru kali ini ada cewek yang galaknya ngelebihin macan. Gimana mau deket.. denger suara gw aja dia udah males”.. ucap Bara sambil mengacak-acak rambut..
Hari berganti hari.. kedekatan mereka yang awalnya selalu tidak akur lama kelamaan mulai membaik, hingga akhirnya Bara memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya yang selama ini sudah dipendam, bagai seekor kupu-kupu yang hinggap di bunga, seperti itulah yang dirasakan Bara sekarang. Gadis cantik yang selama ini ia puja dan ia banggakan ternyata juga diam-diam menyimpan perasaan yang sama. Hingga singkat cerita akhirnya Rafsya menerima Bara untuk menjadi kekasihnya...

Pagi kelabu itu kini hilang, langit abu-abu bahkan sendu kini lenyap seiring berjalannya waktu.. bagai taman yang ditumbuhi bunga-bunga dan kini aku berdiri ditengah-tengah kerumunan bunga-bunga indah yang merekah, bernyanyi dan menari. Kini aku merasakannya lagi, kini aku mendapatkannya lagi, sesuatu yang dulu hilang dari kehidupanku kini hadir kembali. Kau datang hadirkan sejuta angan untukku, datang dalam kehidupanku dan menjadi bagian dari sepenggal kisahku. Bukan karena aku mengerti apa artinya ini, justru selalu ada tanda tanya besar setiap kali aku melihatmu, melihat senyummu, bahkan selalu ada tanda tanya besar ketika senyum itu hadir dalam hatiku. Masih sama seperti detik ini, tanda tanya besar itu selalu hadir dan entah akan enyah sampai kapan.. mungkin sampai saat nya nanti aku akan bisa menjawab semua tanda tanya besar ini, mengartikan setiap tetes air mata bahagia ini, mendefinisikan setiap ketenangan dihati ini saat memelukmu, dan mungkin hingga saatnya tiba nanti aku dapat menjelaskan apa arti dari ini semua..
Hari kehari.. waktu ke waktu, ku temukan lagi perasaan aneh ini, perasaan takut.. bukan takut dalam artian lain, melainkan takut untuk jauh darimu, takut pada satu waktu yang nantinya mungkin akan memisahkan antara aku dan kamu, takut.. takut suatu saat nanti senyum itu akan hilang dari pandanganku... Aku masih mencari dan mencari jawaban dari tanda tanya besar itu. Hari berganti hari, makin banyak dan lebih banyak tanda tanya besar itu menghantui setiap malamku.. apa ini yang namanya “mencintai”? apa ini yang namanya “dicintai”? apa ini yang namanya “memiliki”? dan apa ini rasanya “dimiliki”? ataukah mungkin ini semua bertanda aku mulai mencintaimu? Menikmati detik demi detik saat bersamamu, larut dalam canda dan tawamu seakan tak ingin melepasmu..
Iya. Dulu kelabu. Iya. Dulu abu-abu. Iya. Dulu hampa. Namun “Tidak” untuk detik ini, semenjak aku mengenalmu, aku merasakan hal aneh ini.. mengenalmu dengan singkat, kembali larut dalam canda dan tawamu dengan singkat.. namun mencintamu tak akan pernah sesingkat pertemuan kita. Tak perlu waktu lama untuk mengenalmu, menjadi bagian dari senyumanmu.. dan kini tak perlu waktu lama untuk mencintaimu. Tidak butuh dari ratusan, jutaan bahkan miliyaran kata untuk menggambarkan “kamu” didalam kata demi kata kalimat atau bait yang kutulis..
Once thouht, ‘i think i’ll live forever alone”.. But once i know u, thought it was gone. And because with u, i’m not afraid to dream.. Ngg.. i know.. myb just&only u make me feel so “loving” with u.. This heart has been locked for a longtime, never was able to unlock it. Unless “you”

Kamis, 07 Maret 2013

Fish.

Suka prihatin kalau ngeliat ikan merah disebalah kiri blog gw ini. Hahaha.. udah kecil.. sendirian.. hmm.. like me sekali ya.. ada arti tersendiri sebenernya kenapa gw Cuma pelihara 1 ekor ikan tapi alesan itu rahasia perusahaan. Hmm.. ya gitu deh, belajar hidup dari ikan merah gw itu ya. Walaupun sendiri tapi dia masih bisa hidup, nggak pernah dikasih makan, nggak pernah punya temen, nggak pernah ngerasain seneng sama temen-temennya tapi dia masih bisa hidup, masih bisa berenang bebas tanpa mikirin apa kendala hidupnya yang bener-bener diposisikan untuk menyendiri. Walaupun capek muter-muter nggak jelas dan sendirian pula, tapi ikan merah itu masih semangat buat nerusin hidupnya yang emang sendirian. Dan kelak suatu saat nanti mungkin ada ikan lain yang mau temenin dia supaya nggak sendirian lagi (walaupun nggak tau kapan datengnya)

All-(one) / A-l-one / Alone "?????"


Yang paling sulit itu adalah.. harus disudutkan oleh pilihan yang nggak pernah gw bayangin sebelumnya, “Berlari atau tetap diam” “????”. Yang lebih sulit mungkin saat disudutkan oleh pilihan “Melupakan atau Bertahan” “????”. Saat semua keadaan mengharuskan gw untuk bertindak sedemikian rupa, kayaknya gw lebih milih buat diem aja.. bukan karena gw takut ambil pilihan, tapi mungkin saat gw diem semuanya akan jauh lebih baik, ya walaupun gw tau nanti nya gw yang bakalan ngerasain jatuh kelubang yang sama lagi. Saat keadaan ngeharusin gw untuk “Tidak bahagia” seenggak nya gw masih punya cara buat bikin diri gw bahagia, dan ini juga mungkin tanpa orang lain. Buat gw, sendiri kayaknya lebih dari cukup buat sekarang-sekarang ini. Bukan karena gw nggak mensyukuri orang-orang yang ada disekitar gw, tapi buat “sekarang” ini kayaknya emang gw ditakdirin untuk sendiri dulu. Bergelut dengan ratusan pertanyaan disetiap soal yang dikasih dari guru per-mata pelajaran gw disekolah. Hmm.. gw juga ngerasain hal yang paling gw benci sih disetiap saatnya, “Sendirian”. Dan ini emang selalu gw rasaian, ditempat rame ataupun emang tempat sesunyi apapun.. mungkin bagi segelintir orang pemikiran gw yang kayak “gini” itu terlalu kekanak-kanakan. Ngerasa sendiri saat rame? Yes. Ngerasa sendiri saat berada ditengah-tengah keramaian? Yes. Sejujurnya buat gw, temen itu salah satu sarana yang paling tepat buat ngilangin rasa “forever alone” nya gw. Tapi kalau temen aja nggak ada saat gw butuhin ya gimana kabarnya perasaan gw?.. sebisa mungkin kayaknya gw harus berusaha semangatin diri gw sendiri buat sekarang-sekarang ini. Saat dimana gw bener-bener ngerasa sendiri itu kayaknya nggak bisa dihitung kapan waktunya. Intinya.. setiap gw bener-bener ngerasa asing sama orang-orang disekitar gw, gw lebih milih buat mundur dari kalangan itu. Gw lebih milih menyendiri.. seenggaknya menyendiri lebih baik dari pada bersama namun tetap merasasendiri. Hehe.. pada dasarnya nggak ada orang yang mau sendirian didunia ini, tapi kadang keadaan yang nakdirin kita buat sendirian disini. Mungkin buat ngajarin kita gimana rasanya hidup sendiri tanpa ada satu orangpun yang perduli. Banyak orang-orang yang ngajarin gw “gimana hidup dan apa artinya hidup” dan mungkin dari orang-orang itu gw bisa coba lebih tegar buat ngadepin soal-soal yang sepele kayak gini doang, iya.. gw ngerti. Soal sepele itu nanti yang bisa jadi boomerang buat kehidupan gw kedepannya. Tapi ya.. ya diperenjoy aja kayaknya. Seenggaknya dengan masalah yang numpuk kayak gini gw lebih bisa menghargai hidup.. dimana orang terpuruk tapi bisa tetap bangkit dan tersenyum didepan orang banyak, walaupun dibelakang orang banyak itu ya tetep aja ngerasa sendiri dengan tekukan di wajah gw. Mungkin emang udah jalannya diusia gw yang labil-labil nya kayak gini gw diharusin buat bisa berdiri sendiri tanpa orang lain&orang terdekat yang bantu gw & semangati gw buat bangkit. Kalau sama masalah kayak gini aja gw udah pesimis gimana nanti kedepannya.. bisa-bisa gw tenggelem ditengah ribuan masalah sepele kayak gini. Seberat-beratnya Allah ngasih masalah ke umat-Nya, Allah gak akan kasih cobaan/masalah diluar batas kemampuan umat-Nya. dan gw yakin.. kalau ini gw masih kuat & gw masih mampu buat ngadepin semuanya yang ada didepan mata gw sekarang, besok, lusa, atau nanti yang gw sendiri belum tau kapannya..

Dava


Hari ini tepat dua tahun setelah kepergian Dava, lelaki yang kurang lebih 5 tahun telah menyempurnakan hari-hari Aya. Lelaki yang selalu dikagumi oleh Aya ini memang sudah menghembuskan nafas terakhirnya karena salah satu kecelakaan yang tidak pernah diduga sebelumnya. Seperti biasa.. Aya selalu menghabiskan pergantian tahun dengan Dava, walaupun 2 tahun belakangan ini ia harus rela menghabiskan sisa tahun di depan makan Dava..
Kurang lebih 5 tahun yang lalu kisah cinta dua manusia ini dimulai. Dava seorang lelaki super jutek yang dikenal sebagai ketua osis ini berhasil memikat hari Aya, gadis angkuh yang disegani teman-temannya, dikenal sebagai gadis cerdas disegala bidang. Awal mula pertemuan mereka disebuah gedung saat Aya sedang melakukan hobby nya yaitu sebagai fotografer. Kegiatan ini memang tekun dilakukan Aya setiap petang hari penghabisan matahari. Dava yang saat itu memang selalu mengunjungi gedung tua disalah satu tempat di Bandung dengan membawa kanvas dan peralatan lukis lainnya. Seorang seniman yang diam-diam mengagumi seluruh isi bumi ini tanpa sengaja melukis seorang gadis yang sedang serius dengan kameranya. Warna demi warna di campurkan didalam kanvas putih nya, hingga akhirnya terlukislah seorang gadis cantik berambut panjang terurai dengan sebuah kamera yang dipegangnya.
Hari berikutnya mereka dipertemukan lagi, walau masih tanpa komunikasi, Dava masih memandangi Aya dari jarak kejauhan. Mencoba melukis tanpa harus diketahui oleh Aya, dan Aya pun masih belum sadar bila belakangan ini ternyata ada salah satu lelaki yang diam-diam memperhatikannya. Waktu terus berganti, hari terus berlalu dengan aktivitas yang masih sama. Aya yang sibuk dengan dunia foto nya dan Dava yang selalu sibuk melukis Aya dari jarak kejauhan. Entah sudah berapa puluh wajah Aya yang dilukis oleh Dava. Dan ternyata diam-diam Dava mulai menyukai Aya, tanpa ia tahu bahwa sebenarnya Aya adalah salah satu siswi disekolahnya.
Awal Senin seperti biasa, beberapa siswa mungkin mempunyai pemikiran bahwa “Monday is Mon(ster)Day”. Namun tidak untuk Aya. Gadis ini selalu bersyukur setiap hari nya, tanpa perduli masalah apa yang akan didapatkan nya di hari itu. Pagi ini dengan antusias nya ia memulai langkahnya disekolah. Tetap dengan kamera yang selalu dibawanya didalam tas dengan tumpukan buku yang dipegangnya dengan erat. Dengan topi dan dasi yang masih acak-acakan, tak tertinggal sebuah ikat pinggang yang telah dikenakannya namun terbalik...
*brakkk* buku-buku yang ada di tangan Aya tiba-tiba jatuh karena sebuah keteledoran seorang lelaki yang menabraknya, “Aduuuhh!! Gimana sih kalau jalan lihat-lihat donggg!!” ucap Aya dengan nada agak kesal. “Yampun maaf.. maaf gw nggak sengaja.” Suara ini ternyata berasal dari suara Dava. Dava yang dengan buru-buru membantu Aya untuk membereskan buku-buku yang tercecer dilantai. “Besok-besok kalau jalan jangan pake kaki aja ya, mata dipake juga” Kata Aya dengan sinis sambil meninggalkan Dava. “Gila! Cewek cantik kayak dia ternyata sinis kayak gitu. Gw kira..... ahh udahlah gak penting juga” ucap Dava dalam hati.
Gadis yang selama ini menjadi model dalam kanvas-kanvas Dava ternyata adalah seorang gadis yang angkuh. Awalnya Dava memang berusaha untuk melupakan puluhan lukisan tentang Aya, ternyata tidak bisa. Semakin keras ia mencoba melupakan, semakin keras pula ingatannya tentang Aya.  Ternyata mencoba melupakan gadis ini adalah salah satu hal yang menyulitkan untu Dava, hingga akhirnya Dava memutuskan utnuk mencari tahu lebih banyak tentang Aya.
Ternyata hampir satu bulan Dava mencari tahu semua informasi tentang Aya. Diam-diam ia menuruhsimpati pada Aya, diam-diam ia mengagumi Aya, diam-diam ia menyukai Aya, dan mungkin ia mencintai Aya secara diam-diam. Salah satu sahabat Aya memberitahu pada Aya bila Dava selalu mencari tahu tentang Aya. Namun respon Aya masih sama, flat. Gadis ini memang dikenal belum bisa membuka hatinya pada siapapun semenjak duduk dibangku 10. Hingga akhirnya sebuah kejadian yang membuat Aya dekat dengan Dava. Sekolah mereka mengadakan lomba fotografi, hingga akhirnya Aya mengikuti lomba tersebut, dan mulai sejak inilah kedekatan mereka dimulai.
“Lo ikut lomba juga?” Tanya Dava. Ternyata ketua panita lomba itu adalah Dava, lelaki yang disegani Aya sejak kejadian di koridor sekolah minggu lalu. “Iya, kenapa? Semua siswa berhak ikut kan?” Tegas Aya dengan sedikit keras. Suasana hening, sapaan Dava ternyata tetap dibalas dengan ketus oleh Aya. Namun Dava idak memperdulikan itu, ia tetap membimbing Aya selama lomba itu berlangsung. Singkat cerita Aya lah yang memenangkan lomba fotografi itu, memang bukan isapan jempol belaka semua jepretan Aya terpampang di mading sekolah.
“Hei.. selamat ya!” Ucap Dava sambil menjulurkan tangannya pada Aya, “Oke.. thanks lhooo udah bantuin gw juga. Hehe” kata Risya sambil tersenyum, ini kali pertama Dava melihat Aya tersenyum untuknya, ada rasa yang tak biasa saat mereka saling sejabat tangan dan bertatapan. Seakan waktu berhenti berdetak. Hingga akhirnya.. singkat cerita mereka memutuskan untuk bersama, walaupun awal mula hubungan mereka agak sedikit hambar. Karena Aya adalah sosok gadis yang lumayan kaku dengan lelaki. Namun itu semua tidak menjadi penghambat bagi hubungan mereka. Malah justru menjadi sebuah pengerat terselubung didalam hubungan mereka itu.
hari-hari mereka begitu indah, dengan atau tidak ada nya salah satu dari mereka tetap menjadi pelenggap didalam hubungan yang harmonis ini. Hingga suatu ketika keadaan yang tidak pernah dibayangkan oleh mereka terjadi. Malam itu, tepatnya malam dimana pergantian umur Aya. Dava yang bertujuan untuk menemui Aya pada malam itu mengalami suatu kecelakaan yang merenggut nyawanya. Mobil yang ditumpanginya ditabrak oleh salah satu truck dengan kecepatan tinggi. Entah apa yang dimimpikan mereka berdua saat kisah cinta mereka akhirnya berakhir dengan suatu kejadian tragis. Awalnya Dava hanya mengalami pendarahan di kepala yang menyebabkan penyumbatan otak. Namun Tuhan berkata lain.. Dava akhirnya harus menghembuskan nafas terakhirnya dimalam yang harusnya menjadi malam teristimewa bagi Aya. Aya yang dengan rasa bersalah karena selalu menyia-nyiakan waktu Dava saat bersamanya sangat terpukul dengan kepergian Dava..

By: Syr.

Senin, 04 Maret 2013

24November2012





































What a day!!!!!! Thank you've made ​​my day memorable, Ilysm({})<3



"Ago"


Kau selalu ada disamping ku
menemani hariku
kau tak pernah sirna meski kau tertutup awan hitam
kadang aku rindu sinar mu saat kau sedang tertidur..

Aku ingin menjadi dirimu..
yang tertakdir tuk menjadi benderang dunia ini
kau tak pernah protes walau ku sering mencibir mu
terang mu sangat nyata...

Apa aku yakin?
aku akan menjadi kau yang tak pernah berkomentar
oh Tuhan aku ingin menjadi sinar walau sementara
paling tidak saat dirinya yakin
bahwa aku bisa menyinari dirimu seperti matahari
walau tak sejernih mata air

Tapi aku bersyukur
aku punya kau yang selalu menyinari hariku
walau itu sesaat
tapi itu terlalu indah bagiku
bahkan seperempat detik pun

kau terlalu indah bagiku
bahkan kau terlalu sempurna
sampai-sampai kesempurnaan kau tak bisa ku balas

kau bagaikan matahari
walau terangnya tak sepenuh jam berputar
tapi aku yakin kau bisa sepenuhnya menyinariku
sepenuh jarum jam berputar
yang selalu jadi terterang dunia ku

Dan kau tak protes dengan keadaan
mungkin saja aku bisa berhenti menjadi benderang dirimu
hingga waktu ku ditelan bumi
hingga nafas ku terputus
aku menyayangi mu seperti aku menyayangi matahari

aku yakin kau sepenuhnya menjadi benderang sepenuh jarum jam berputar

By: Syahrima
Syahrima. Diberdayakan oleh Blogger.
 

My Online Diary Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea