Hari ini tepat dua tahun setelah kepergian Dava, lelaki yang
kurang lebih 5 tahun telah menyempurnakan hari-hari Aya. Lelaki yang selalu
dikagumi oleh Aya ini memang sudah menghembuskan nafas terakhirnya karena salah
satu kecelakaan yang tidak pernah diduga sebelumnya. Seperti biasa.. Aya selalu
menghabiskan pergantian tahun dengan Dava, walaupun 2 tahun belakangan ini ia
harus rela menghabiskan sisa tahun di depan makan Dava..
Kurang lebih 5 tahun yang lalu kisah cinta dua manusia ini
dimulai. Dava seorang lelaki super jutek yang dikenal sebagai ketua osis ini
berhasil memikat hari Aya, gadis angkuh yang disegani teman-temannya, dikenal
sebagai gadis cerdas disegala bidang. Awal mula pertemuan mereka disebuah
gedung saat Aya sedang melakukan hobby nya yaitu sebagai fotografer. Kegiatan
ini memang tekun dilakukan Aya setiap petang hari penghabisan matahari. Dava
yang saat itu memang selalu mengunjungi gedung tua disalah satu tempat di
Bandung dengan membawa kanvas dan peralatan lukis lainnya. Seorang seniman yang
diam-diam mengagumi seluruh isi bumi ini tanpa sengaja melukis seorang gadis
yang sedang serius dengan kameranya. Warna demi warna di campurkan didalam
kanvas putih nya, hingga akhirnya terlukislah seorang gadis cantik berambut
panjang terurai dengan sebuah kamera yang dipegangnya.
Hari berikutnya mereka dipertemukan lagi, walau masih tanpa komunikasi,
Dava masih memandangi Aya dari jarak kejauhan. Mencoba melukis tanpa harus
diketahui oleh Aya, dan Aya pun masih belum sadar bila belakangan ini ternyata
ada salah satu lelaki yang diam-diam memperhatikannya. Waktu terus berganti,
hari terus berlalu dengan aktivitas yang masih sama. Aya yang sibuk dengan
dunia foto nya dan Dava yang selalu sibuk melukis Aya dari jarak kejauhan.
Entah sudah berapa puluh wajah Aya yang dilukis oleh Dava. Dan ternyata
diam-diam Dava mulai menyukai Aya, tanpa ia tahu bahwa sebenarnya Aya adalah
salah satu siswi disekolahnya.
Awal Senin seperti biasa, beberapa siswa mungkin mempunyai
pemikiran bahwa “Monday is Mon(ster)Day”. Namun tidak untuk Aya. Gadis ini
selalu bersyukur setiap hari nya, tanpa perduli masalah apa yang akan
didapatkan nya di hari itu. Pagi ini dengan antusias nya ia memulai langkahnya
disekolah. Tetap dengan kamera yang selalu dibawanya didalam tas dengan tumpukan
buku yang dipegangnya dengan erat. Dengan topi dan dasi yang masih acak-acakan,
tak tertinggal sebuah ikat pinggang yang telah dikenakannya namun terbalik...
*brakkk* buku-buku yang ada di tangan Aya tiba-tiba jatuh
karena sebuah keteledoran seorang lelaki yang menabraknya, “Aduuuhh!! Gimana
sih kalau jalan lihat-lihat donggg!!” ucap Aya dengan nada agak kesal. “Yampun
maaf.. maaf gw nggak sengaja.” Suara ini ternyata berasal dari suara Dava. Dava
yang dengan buru-buru membantu Aya untuk membereskan buku-buku yang tercecer
dilantai. “Besok-besok kalau jalan jangan pake kaki aja ya, mata dipake juga”
Kata Aya dengan sinis sambil meninggalkan Dava. “Gila! Cewek cantik kayak dia
ternyata sinis kayak gitu. Gw kira..... ahh udahlah gak penting juga” ucap Dava
dalam hati.
Gadis yang selama ini menjadi model dalam kanvas-kanvas Dava
ternyata adalah seorang gadis yang angkuh. Awalnya Dava memang berusaha untuk
melupakan puluhan lukisan tentang Aya, ternyata tidak bisa. Semakin keras ia
mencoba melupakan, semakin keras pula ingatannya tentang Aya. Ternyata mencoba melupakan gadis ini adalah
salah satu hal yang menyulitkan untu Dava, hingga akhirnya Dava memutuskan
utnuk mencari tahu lebih banyak tentang Aya.
Ternyata hampir satu bulan Dava mencari tahu semua informasi
tentang Aya. Diam-diam ia menuruhsimpati pada Aya, diam-diam ia mengagumi Aya,
diam-diam ia menyukai Aya, dan mungkin ia mencintai Aya secara diam-diam. Salah
satu sahabat Aya memberitahu pada Aya bila Dava selalu mencari tahu tentang
Aya. Namun respon Aya masih sama, flat. Gadis ini memang dikenal belum bisa
membuka hatinya pada siapapun semenjak duduk dibangku 10. Hingga akhirnya
sebuah kejadian yang membuat Aya dekat dengan Dava. Sekolah mereka mengadakan
lomba fotografi, hingga akhirnya Aya mengikuti lomba tersebut, dan mulai sejak
inilah kedekatan mereka dimulai.
“Lo ikut lomba juga?” Tanya Dava. Ternyata ketua panita
lomba itu adalah Dava, lelaki yang disegani Aya sejak kejadian di koridor
sekolah minggu lalu. “Iya, kenapa? Semua siswa berhak ikut kan?” Tegas Aya
dengan sedikit keras. Suasana hening, sapaan Dava ternyata tetap dibalas dengan
ketus oleh Aya. Namun Dava idak memperdulikan itu, ia tetap membimbing Aya
selama lomba itu berlangsung. Singkat cerita Aya lah yang memenangkan lomba fotografi
itu, memang bukan isapan jempol belaka semua jepretan Aya terpampang di mading
sekolah.
“Hei.. selamat ya!” Ucap Dava sambil menjulurkan tangannya
pada Aya, “Oke.. thanks lhooo udah bantuin gw juga. Hehe” kata Risya sambil
tersenyum, ini kali pertama Dava melihat Aya tersenyum untuknya, ada rasa yang
tak biasa saat mereka saling sejabat tangan dan bertatapan. Seakan waktu berhenti
berdetak. Hingga akhirnya.. singkat cerita mereka memutuskan untuk bersama,
walaupun awal mula hubungan mereka agak sedikit hambar. Karena Aya adalah sosok
gadis yang lumayan kaku dengan lelaki. Namun itu semua tidak menjadi penghambat
bagi hubungan mereka. Malah justru menjadi sebuah pengerat terselubung didalam
hubungan mereka itu.
hari-hari mereka begitu indah, dengan atau tidak ada nya
salah satu dari mereka tetap menjadi pelenggap didalam hubungan yang harmonis
ini. Hingga suatu ketika keadaan yang tidak pernah dibayangkan oleh mereka
terjadi. Malam itu, tepatnya malam dimana pergantian umur Aya. Dava yang
bertujuan untuk menemui Aya pada malam itu mengalami suatu kecelakaan yang
merenggut nyawanya. Mobil yang ditumpanginya ditabrak oleh salah satu truck
dengan kecepatan tinggi. Entah apa yang dimimpikan mereka berdua saat kisah
cinta mereka akhirnya berakhir dengan suatu kejadian tragis. Awalnya Dava hanya
mengalami pendarahan di kepala yang menyebabkan penyumbatan otak. Namun Tuhan
berkata lain.. Dava akhirnya harus menghembuskan nafas terakhirnya dimalam yang
harusnya menjadi malam teristimewa bagi Aya. Aya yang dengan rasa bersalah
karena selalu menyia-nyiakan waktu Dava saat bersamanya sangat terpukul dengan
kepergian Dava..
By: Syr.
0 komentar:
Posting Komentar