Pagi sendu, mendung.. bagai awan
tak ingin menunjukan dirinya pada matahari, memperlambat langkah Rafsya,
seorang mahasiswi di salah satu universitas terkemuka di kota Jakarta, gadis
yang sedang merantau dan jauh dari keluarganya ini sangat berambisi menjadi
seorang penulis. Walaupun kedua orang tua nya tidak pernah mendukung mimpi
gadis ini, namun itu semua tidak pernah menghentikan langkah kakinya untuk
mencapai semua keinginannya. Pagi ini masih seperti biasa.. hanya secangkir
kopi hangat dan suara burung yang menemani hari-hari Rafsya. Gadis ini dikenal
sebagai gadis mandiri, saking mandiri nya.. ia kadang dijuluki “Gadis Anti
Sosial”, tidak pernah aktif dalam organisasi apapun dan seorang gadis yang
susah berbaur dengan lingkungan sekitarnya, seorang gadis yang tidak bisa cepat
memposisikan dirinya dalam lingkungannya sebagai mahasiswi. Namun Rafsya
dikenal sebagai mahasiswi terbaik tahun ini.. pantas saja Rafsya dikenal
sebagai mahasiswa yang pandai, IPK ia tahun ini menjadi sorotan para mahasiswa
lainnya, mendapatkan 3.99 adalah salah satu mimpi para mahasiswa lainnya dan
Rafsa lah yang berhasil mendapatkan itu..
“Hei.. Kamu Rafsya ya?”..
seketika terdengar alunan suara dari lorong kelas sebelah, Rafsya yang dikenal
gadis jutek itu tidak menanggapi suara tersebut, ia tetap fokus dengan novelnya
dan setumpuk buku yang digenggamnya.. “Hei.. Halo.. Kamu Rafsya, kan?”
lagi-lagi suara itu terdengar, bahkan sekarang suara itu lebih jelas ditelinga
Rafysa. “Hmm.. Hai.. iya aku Rafsya, maaf kamu siapa ya?” Ucap Rafsya dengan
suara sinis sambil kembali fokus ke buku yang sedang dibacanya. “Aku.. Aku
Bara. Salam kenal ya..”. ternyata suara yang menyapa Rafsya berasal dasri suara
Bara, siapa yang tidak kenal Bara.. asisten dosen yang satu ini dikenal sebagai
mahasiswa yang berkarisma, paras wajahnya yang manis selalu membuat para
mahasiswi lainnya tergila-gilan padanya.. “oh.. iya sama-sama”. Kata Rafsya
tanpa menoleh ke arah Bara.. “selamat juga deh IPK kamu paling tinggi tahun ini.”
Kata Bara sambil mengulurkan tangannya ke tangan Rafsya. Tanpa basa-basi Rafsya
mendekatkan kedua tangannya tanpa menjabat tangan Bara “Terimakasih banyak
ya..” dengan tergesa-gesa Rafsya pergi meninggalkan Bara. Rafsya juga dikenal
sebagai mahasiswi yang sangat taat dengan agama. Oleh karena itu Rafsya tidak
menoleh dan melihat kehadapan Bara dan Rafsya juga tidak menjabat tangan Bara.
Siang hari nya di kantin, Bara
yang diam-diam sering memperhatikan Rafsya mencoba menghampiri Rafsya yang
sedang asyik dengan semangkuk bakso yang dimakannya.. sadar sedang diperhatikan
oleh seseorang akhirnya Rafsya bergegas perfgi dari kantin. Bara merasa sangat
bingung dengan tingkah laku Rafsya, satu hal yang Bara tidak tahu dari Rafsya
adalah Rafsya tidak pernah mau dekat dengan lelaki selain dengan keluarganya.
Bara tetap mengikuti jejak langkah Rafsya yang sedang menyusuri lorong demi
lorong koridor kampus.. kecantikan hati Rafsya lah yang telah berhasil memikat
hati Bara. Jangan bertanya tentang paras cantiknya, kesantunan akhlaknya, dan
ibadahnya. Namun dengan kecantikan hati Rafsya lah Bara menjadi jatuh hati
padanya. Satu demi satu semua kelakuan Rafsya selalu diperhatikan oleh Bara,
hampir setiap pagi Bara meletakan setangkai mawar putih di loker tempat Rafsya
menaruh barang-barangnya. Tanpa di kertahui Rafsya tentunya..
“Terus kejar mimpimu, sang
penulis berhati malaikat. Dari aku yang mengagumimu”.. potongan kata yang
ditemukan dalam lilitan setangkai mawar putih pagi ini yang dibaca oleh Rafysa.
Rafsya memang sangat menyukai mawar putih, karena mawar putih dapat
melambangkan kesucian, banyak tanda tanya yang terlontar dalam pikiran Rafsya..
“bunga dari siapa ya? Kenapa setiap pagi selalu ada mawar putih dengan
kata-kata puitis seperti ini?”. Dari kejauhan Bara tersenyum manis melihat
Rafsya yang sedang menghirup harum bunga mawar putih darinya. Bara selalu
menyempatkan diri setiap paginya untuk membeli mawar putih dan diberikannya
pada Rafsya. Namun Rafsya tidak pernah mengetahui tentang itu dan Bara pun tidak
mau Rafsa tahu bahwa dirinyalah yang memberikan mawar putih setiap pagi di
loker Rafsya.
Hari berganti hari, detak jam pun
selalu berputar seiring berjalannya waktu, Rafsya tetap fokus dengan dunia
menulisnya dan Bara juga tetap fokus dengan serentetan praktikum kedokterannya.
Maklum saja, memasuki semester akhir kedua mahasiswa ini sibuk dengan skripsi
yang mereka kerjakan. Namun itu semua tidak menghentikan kebiasaan Bara yang
selalu meletakan mawar putih di loker Rafsya.. “siapapun yang memberikan ini, aku
mau bilang terimakasih.. pasti orang yang memberikan ini hatinya secu sesuci
mawar putih ini..” kata Rafsya sambil mengcium dan menghirup aroma mawar putih
itu..
Hari berikutnya.. sengaja Rafsya
melangkahkan kakinya lebih pagi dari biasanya, sengaja ia ingin mencari tahu
tentang siapakah orang yang meletakan mawar putih di lokernya. Pukul 06.00
Rafsya sudah berada di kampus, tidak seperti biasanya.. Rafsya yang biasanya
datang ke kampus saat mata kuliah berlangsung kini berada pagi-pagi buta hanya
untuk menyelidiki seorang pengagum rahasianya yang selalu memberikan mawar
putih, di waktu yang bersamaan Bara hari itu tidak meletakan mawar putih di
loker tempat biasanya ia memberikan aroma indah mawar putih untuk Rafsya, gadis
pujaannya.. Bara hari itu tidak datang ke kampus dikarenakan sedang sibuk
menyelesaikan skripsi akhirnya...
Hampir sejam Rafsya duduk di
pojok bangku taman dengan memasang wajah harap-harap cemas. Matanya
mengelilingi seluk beluk lorong-lorong kampus dengan berharapan dapat
mengetahui siapa orang yang selalu meletakan mawar putih beserta puisi-puisi
indah di loker nya.. waktu terus berjalan.. tanpa dirasa sudah dua jam ia duduk
ditempat yang sama, dengan pandangan yang sama, dan posisi duduk yang sesekali
berpindah tempat, namun sayang.. orang yang ia tunggu-tunggu tak kunjung
datang, ia merasa sedikit kecewa karena tidak dapat mencari informasi tentang
pengagum rahasianya.. dan ia pun memutuskan untuk beranjak dari bangku taman
itu dengan seribu tanda tanya didalam hatinya.. “Ergggghhh.. kenapa gak
keliatan sih orang itu? Tambah penasaran aja nihhhh!!!!!!”........
Seminggu berlalu, tanpa ada mawar
putih dan sepucuk puisi di lokernya. Hati Rafsya makin bertanya-tanya dan
ribuan tanda tanya mulai menghampiri malam-malam gadis ini. Entah dimana Bara
saat itu, saat dimana Rafsya benar-benar menyimpan banyak tanya tentang si
pengagum rahasianya. Dalam doa selalu ada potongan kalimat yang rutin diucapkan
disela-sela doa nya.. “Ya Allah.. siapapun orang itu, pertemukan ku dengan dia.
Andai aku bisa mengetahui siapa orang itu..” Rafsya memang gadis yang tidak
pernah akrab dengan dunia cinta. Hari-hari nya dihabiskan dengan
bertumpuk-tumpuk buku dan berlembar-lembar kertas mata kuliahnya. Dan memang
Rafsya mempunyai tekad. “Sebelum toga sudah aku kenakan, aku tidak akan mau
tahu apa itu cinta”..
Malam hari nya, saat Rafsya
sedang teliti menyelesaikan tugas mata kuliah nya tiba-tiba ada suara yang
memanggil ia dari arah depan rumahnya.. “Rafsya.. Rafsyaaaa...” seketika suara
itu menghentikan goresan pena yang sedang dipegang oleh Rafsya, namun Rafsya
tidak memperdulikan nya. dan dengan serius ia tetap pada pekerjaannya yang
bertumpuk itu.. sampai akhirnya, Ibu Rafsya mengetuk pintu kamar Rafsya. “Sya..
ada tamu tuh. Nyariin kamu tuh dia”. Dengan langkah yang tetap ditemani oleh
buku Rafsya pun bergegas membuka pintu kamar, “siapa,Bu? Malam-malam gini
bertamu gak sopan banget sih..”. dengan sinis omongan itu terlontar dari bibir
tipis Rafsya. “Hei.. apa kabar?..” suara itu.. suara yang selalu menggangu di
telinga Rafsya, Bara.. ternyata Bara yang malam-malam berkunjung ke rumah
Rafsya. “ngapain kamu kesini? Gak pernah di ajarin tata krama bertamu ya? Ini
sudah malam..” ketus Rafsya. Mendengar itu Bara langsung merasakan miris. Entah
apa yang dipikirkan oleh Rafsya, niat baik Bara ternyata disambut dengan
kesinisan..
“Aduh.. omongan aku salah gak ya
tadi itu, jadi ngerasa gak enak sama dia. Erghh.. biarin deh. Abisnya dia
nyebelin..” celetuk Rafsya sambil menutup pintu kamarnya dan mematikan lampu
disamping tempat tidurnya. Ditempat yang berlainan Bara pulang dengan membawa
sebuah penyesalan. “Ampun deh.. dari sekian banyak cewek yang pernah gw deketin
baru kali ini ada cewek yang galaknya ngelebihin macan. Gimana mau deket..
denger suara gw aja dia udah males”.. ucap Bara sambil mengacak-acak rambut..
Hari berganti hari.. kedekatan
mereka yang awalnya selalu tidak akur lama kelamaan mulai membaik, hingga
akhirnya Bara memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya yang selama ini
sudah dipendam, bagai seekor kupu-kupu yang hinggap di bunga, seperti itulah
yang dirasakan Bara sekarang. Gadis cantik yang selama ini ia puja dan ia
banggakan ternyata juga diam-diam menyimpan perasaan yang sama. Hingga singkat
cerita akhirnya Rafsya menerima Bara untuk menjadi kekasihnya...