Sabtu, 20 Juli 2013

Berbeda.

Diposting oleh Unknown di 19.03
Awal bulan yang begitu aneh untuk Raya, seorang gadis teledor dengan segala keulahannya. Semua berawal dari awal Mei kemarin, saat semua siswa lalu lalang dengan rutinitas nya disekolah dan dengan kesibukan mereka masing-masing dengan pelajarannya, tetapi tidak untuk Raya. Gadis ini tetap santai melangkahkan kaki nya ke seluruh sudut ruangan disekolahnya. Dengan antusias nya ia mengawali hari demi hari disekolah yang menurut ia lebih menyenangkan dari keadaan dirumahnya. Ya terang saja, keadaan dirumah nya tidak begitu menyenangkan seperti keadaan diluar rumahnya, terlebih disekolah. Raya sering dikenal sebagai gadis periang dan selalu menebarkan senyumannya kepada siapapun yang bertemu dengannya, tidak heran bila ia di senangi oleh teman-temannya. “Ray! Gw pinjem buku catetan matematika lo yang kemarin dong..”  terdengar suara Sheka yang berteriak dari ujung koridor tepat saat Raya sedang berjalan-jalan kecil dengan tumpukan buku yang digenggam ditangan kanannya, “Eh Ka.. aduh gw enggak bawa buku nya nih, besok aja deh gw kasih ke lo ya bukunya hehe”. Jawab Raya singkat. Percakapan itupun berakhir begitu saja dikarenakan Raya yang terburu-buru berjalan menuju kelasnya.
Raya memang selalu melakukan hal yang sama setiap hari disekolah, mulai dari berjalan-jalan kecil mengelilingi koridor sekolah, hingga berjalan ditengah lapangan hingga membuat beberapa kakak kelas memperhatikannya dengan tatapan sinis. Kenapa sih kakak kelas itu selalu ngeliatin gw dengan pandangan yang seolah-olah mau makan gw hidup-hidup? Salah apa gw.. Pikir Raya saat sekilas melihat tatapan mata Kak Marko. Ya begitulah Marko, lelaki angkuh ini memang selalu tidak menyukai bila ada junior nya yang berjalan ditengah lapangan dengan mimik muka seakan tidak mempunyai salah apapun. Entah apa alasan Marko tidak menyukai junior nya yang melewati tengah lapangan itu, mungkin bagi Marko seorang junior harus bisa menghargai para senior dan tentunya tidak lancang melewati tengah lapangan yang notabene adalah kawasan para senior untuk mengumpul atau sekedar melakukan olahraga kecil disetiap waktu istirahat atau sepulang sekolah.
Langkah demi langkah dilewati oleh Raya, setapak demi setapak jalanan lapangan itu dilewati oleh Raya. Pagi ini ia memang sangat berbeda, senyuman nya sangat terlihat bahagia, lesung pipit di pipi nya menjadi lebih ceria dari sebelumnya. Seakan tidak memperdulikan tatapan para senior pada dirinya, ia tetap berjalan hingga akhirnya jalannya sedikit berubah menjadi berlari-lari kecil ditengah lapangan. Tanpa sadar ia menabrak salah satu senior nya, Buuuk.. “Woy kalau jalan tuh jangan pake kaki aja, mata juga digunain dong!”, Kata si senior dengan sinisnya. Aduh sial kenapa juga gw harus tabrakan sama cowok gak jelas ini, Ya Tuhan... Raya mengenali suara itu, benar saja.. Marko yang berdiri tepat dihadapan Raya langsung melontarkan argumen-argumen pedas nya pagi itu “Tolong ya adik kelas yang super duper menebar pesona pagi ini ditengah lapangan, kalau jalan tuh mata nya jangan ditinggal. Pernah diajarin cara berjalan yang baik dan benar kan?” “Maaf kak, saya salah tadi jalan terlalu terburu-buru jadi enggak sadar kalau udah nabrak kakak” Ujar Raya dengan menundukan kepalanya seolah takut dengan kakak senior nya ini.
Pagi ini sepertinya terlalu berbeda bagi Raya. Mulai dari berangkat sekolah ia diantar oleh Ayah nya yang biasanya selalu sibuk dengan segala pekerjaannya, lalu dengan keadaan meja makan pagi ini yang sudah tertata rapih dengan menu sarapan yang sengaja di buat oleh Ibu nya yang selama ini selalu berangkat pagi sekali walau hanya sekedar menghadiri meeting dikantornya, lalu... Sheka, teman kelasnya yang selama ini selalu menyindirnya ini itu didepan guru matematika tiba-tiba memanggilnya dan berniat meminjam buku catatan matematika Raya, setelah itu.. Marko.. Huaaa ada apa pagi ini? Aneh. Semuanya aneh.. mimpi apa gw semalem yampun..
Mei, bulan yang sebelumnya selalu dianggap Raya sama saja dengan bulan-bulan yang lain, namun entah mengapa Mei tahun ini mungkin terasa berbeda, semenjak lelaki itu hadir dikehidupannya, Arla. Entah dari mana datang nya makhluk ajaib ini dikehidupan Raya, semua mungkin terasa biasa saja sebelum akhirnya Raya mengenal Arla dari salah satu teman nya saat acara sekolah minggu lalu. Hari ini tambah lagi keanehan yang ditemui Raya, Arla dengan mimik muka cemas memperhatikan Raya yang semakin mendekati ruang kelasnya. “Ray, lo enggak kenapa-kenapa kan? Diapain lo sama si Marko?” . “Eh, Ar.. enggak gw gak diapa-apain kok, gw nya aja yang salah tadi nabrak dia yang segede papan tulis.. hehe, loh.. kok lo bisa tau? Pasti lo ngeliatin gw ya dari tadi? Hayo ngaku...” . Perbincangan singkat itu mulai berubah menjadi ajang saling ledek satu sama lain,
Entahlah.. semenjak mengenal Raya minggu lalu Arla menjadi merasa mengenal Raya lebih lama dari pertemuan pertamanya. Hari ke hari Arla selalu memperhatikan setiap tingkah laku Raya.. “Nih cewek yang waktu itu mau gw kenalin ke lo, Ar” ucap Rangga disela-sela acara sekolah malam itu “Hai.. Gw Arla, lo Raya anak IPA 1 kan?”.. “Wah.. ternyata lo tau gw kelas berapa.. hehe iya gw Raya, salam kenal deh ya”.. seperti itulah pertemuan Raya dan Arla untuk pertama kalinya, di acara sekolah minggu lalu. Raya yang mengenakan dress warna biru terlihat lebih cantik dengan kepangan yang menghiasi rambut hitam panjangnya.
Singkat, padat, dan berkesan.. itulah kesan pertama saat mengenal Raya, semakin membuat Arla merasakan hal yang tak biasa saat didekat Raya. Mungkin sama hal nya dengan Raya. Semenjak masa orientasi siswa awal pelajaran tahun lalu Raya memang sudah sering memperhatikan Arla, Arla adalah salah satu teman nya saat masa orientasi siswa tahun lalu. Tahun berganti tahun ternyata Arla dan Raya tidak ditakdirkan untuk mengenal lebih dekat. Hingga akhirnya saat acara minggu lalu mereka baru dipertemukan dengan keadaan yang tidak bisa mereka lupakan. Sejak malam itu kedekatan mereka berdua makin akrab, hanya sekedar menanyakan kabar Raya lewat pesan singkat bahkan Arla hanyak ingin sekedar mendengar suara Raya di ujung telepon setiap malam selalu dilakukan nya. Dunia Raya seakan penuh warna saat Arla datang di kehidupannya dengan membawa secerca harapan.mungkin hanya detak jam yang menjadi saksi Raya dan Arla setiap malam. Hidup mereka seakan berubah menjadi pelangi.
Semuanya beda, gw enggak pernah ngerasain hal ini sebelumnya.. saat dimana gw takut kehilangan seseorang yang jelas-jelas bukan milik gw. Takut kehilangan senyuman seseorang yang jelas-jelas enggak pernah gw kenal sebelumnya. Apa ini yang namanya jatuh cinta? Semenjak kenal sama dia gw ngerasa hidup gw gak abu-abu lagi, gw ngerasa hidup gw penuh warna. Lebih dari pelangi sekalipun.
“Rayaa.. kemana aja sih lo dateng telat mulu! Pelajaran pertama matematika, hih lo mau dihukum beresin koridor siswa IPS lagi?..” tegur Arla saat melihat Raya berjalan memasuki kelasnya dengan memengang kepalanya dengan wajah pucat pasi. “Iyee.. apa sih, Ar.. jangn bawel deh! Gw itu telat bangun mangkanya baru dateng jam segini”.. “Lo sakit, Ray? Pucet banget muka lo kayak kambing belum dibedakin?”.... Raya tidak membalas ledekan Arla pagi itu, ia merasakan tubuhnya serasa lemah dan mata nya serasa berputar-putar. Melihat itu, Arla mendadak khawatir dengan Raya hingga akhirnya secara diam-diam ia mengikuti Raya kemanapun Raya pergi.
Bruuuk.. “Rayaaa!!!!”. Arla berlari dari ruang guru menuju toilet wanita di bawah tangga, ia mendapati Raya sedang tergeletak tak berdaya dengan keadaan tubuh yang menggigil namun demam tinggi. Segera Arla membawa Raya ke ruang UKS dan Raya beristirahat dengan ditemani oleh Arla. “Ar.. lo ngapain disini? Kok gw ada di UKS?” Kata Raya sambil memegangi kepalanya. “Akhirnya lo sadar juga.. lo tadi tuh pingsan di depan toilet, udah sarapan belum sih? Lo lagi sakit?”. Raya tidak menjawab pertanyaan Arla satupun, yang ia tahu kini ia merasa tubuhnya diantara es yang sangat dingin, menggigil.
Keesokan harinya, Raya memutuskan untuk memeriksakan kesehatannya kerumah sakit. “Hai Raya, sudah lama tidak bertemu ternyata kamu sudah bersar ya sekarang”.. ujar Dokter Bima, Dokter Bima adalah salah satu Dokter yang menangani keluarga Raya yang sedang sakit. “Ada apa, Ray? Tumben kamu kesini..” Lanjut Dokter Bima. “Hehe iya dong Raya kan udah remaja sekarang, bukan anak kecil lagi.. ini, Dok. Akhir-akhir ini Raya sering kecapekan, pusing tapi hanya dibagian kiri dan sering pingsan mendadak”.. “Wah, mungkin kamu kecapekan? Ayo kita periksa dulu”. Dokter Bima mengeluarkan stetoskop dan alat tensi darah dari tas nya. ia memeriksa Raya dengan teliti dan Raya mengikuti semua penjelasan dari Dokter Bima. Tidak lama setelah itu, pemeriksaan Raya pun selesai, Dokter Bima mengambil kertas hasil pemeriksaan. “Hasilnya baik, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, mungkin kamu hanya kecapekan. Ini saya beri vitamin ya, namun hasil cek darah kamu baru bisa diambil mungkin 3 hari lagi..” “Oke Pak Dokter, semoga aja enggak ada apa-apa ya, kasih tau Raya kalau hasilnya udah bisa diambil ya.”
Sudah dua hari ini Raya tidak masuk sekolah. “Raya sakit, kemarin supir nya titipin surat izin ke gw nih” Ujar Sheka saat Arla menanyakan kabar Raya kepada Sheka. Hingga akhirnya sepulang sekolah Arla memutuskan untuk menjenguk Raya di rumahnya, benar saja.. Raya terlihat pucat dan sangat lemas berbaring ditempat tidur nya. melihat kedatangan Arla, Raya langsung memperlihatkan wajah yang ceria. “Aaaarr... akhirnya lo kangen gw juga, hahaha dateng juga kan lo jenguk gw.”.. “Aduh yampun pede banget lo, siapa juga yang kangen.. gw cuma heran aja kambing enggak dibedakin kayak lo dua hari ini kenapa gak masuk? Sakit lo belum sembuh?”. Raya langsung memukul Arla dengan boneka sapi nya. “Duh.. sakit tau!!”.. “Yeeh siapa suruh lo ngeledekin gw kayak gitu? Cantik kayak gini masa disamain sama kambing yang enggak dibedakin? Jahat!”. “Jangan manyun gitu dong, kan gw Cuma nanya..” kata Arla sambil mengelus-elus rambut panjang Raya. “Iya nih, gw masih gak enak badan.. lemes banget”..
Canda tawa antara mereka sangat lepas, hingga akhirnya Reyka kakak Raya memanggil Raya, “Ray.. ada telepon dari Dokter Bima nih, katanya penting”. Raya langsung sigap berlari menuruni anak tangga dan menerima telepon dari Dokter Bima “Raya kamu bisa kerumah sakit sekarang? Ini sangat penting.” Saat Dokter Bima berbicara seperti itu, perasaan Raya mendadak panik dan takut.. “Baik, Dok. Raya segera kerumah sakit”. Raya berlari menuju kamar nya, diambilnya tas biru awan yang digantung dibelakang pintu. “Lo mau kemana? Buru-buru banget?” Tanya Arla heran. “Jangan banyak tanya deh lo. Mending lo anterin gw sekarang kerumah sakit” Kata Raya dengan panik. Arla langsung menuruti kata-kata Raya dan mengantar nya kerumah sakit dengan menggunakan motor nya..
“Gimana hasil nya, Dok? Raya sehat-sehat aja kan?” Tanya Raya dengan mimik wajah yakin dan menatap Dokter Bima dengan pandangan yang tak seperti biasanya. “Saya juga tidak percaya dengan hasil test ini, sudah 3 kali diulang namun hasilnya tetap sama, kamu positive mengidap radang selaput otak stadium lanjut. Radang ini menyebar sangat cepat, perkembangannya melesat tinggi setiap 3 hari sekali. Maaf Raya, kamu harus melakukan perawatan lebih lanjut.”..
Demi dunia dan segala isinya, ini semua bagai petir ditengah hujan badai yang menggelegar diantara telingaku. Aku merasalumpuh seketika, bagaimana mungkin aku yang selama ini terlihat sangat sehat ternyata mengidap radang selaput otak stadium lanjut? Bagaimana bisa aku menjadi seorang gadis penderita penyakit seserius ini? Bagaimana bisa aku menjadi seorang gadis yang divonis tidak akan lama lagi untuk bertahan hidup?
Arla yang sejak tadi menemani Raya didalam ruangan Dokter Bima sekejap menjadi kaku, ia merasakan sambaran arus listrik yang kuat menyambar susunan saraf otaknya. Arla tidak percaya dengan hasil test tersebut, ia bersihkeras menayakan penyakit itu pada Dokter Bima, “Dokter pasti salah! Enggak mungkin Raya sakit kayak gini! Raya sehat!”.. isak tangis memenuhi ruangan putih tersebut, Arla memeluk Raya dengan kuat dan Raya semakin larut dalam tangisannya. Ia merasa hidupnya hancur, sebuah penyakit gini hinggap didalam tubuh nya dan tidak lama akan menggerogoti semua sistem dalam tubuhnya..
Tuhan.. bila ini kehendakmu, mengapa harus gadis ini yang menderita penyakit seserius ini? Mengapa bukan aku saja? Tuhan.. aku mencintainya,jangan biarkan tubuh lemah nya lama-lama habis dengan penyakit aneh itu. Sembuhkan Raya...
Hari ke hari kondisi tubuh Raya sangat memperihatinkan, Raya sudah tidak diperbolehkan sekolah mengingat kondisi nya yang tak sekuat dulu lagi, Arla masih setia menemani Raya setiap hari dan Raya pun tidak merasa pesimis dengan penyakitnya. Mereka masih seperti dulu, masih sama dan tak pernah berubah walaupun mereka masih belum mengutarakan perasaan nya masing-masing, namun mereka mengetahui bahwa mereka saling mencintai. “Ray, mungkin gw terlalu lama ngomong ini ke lo, tapi maaf gw baru bisa berani ngomong ini ke lo sekarang” Tutur Arla disela-sela canda tawa nya bersama Raya. “Halaah sok-sok serius deh lo, ngomong apasih emangnya?”.. “Kita kenal udah lama, Ray. Gw gak tau rasa ini ada sejak kapan. Tapi gw sayang lo, Ray! Gw mau jadi orang yang bisa jagain lo sampe kapanpun”...
Semenjak hari itu, Raya semakin kuat melawan penyakitnya. Karena Arla.. lelaki yang menjadi motivasi nya untuk bertahan hidup, menjadi alasan nya untuk tetap bernafas dan membuka matanya. Empat bulan terakhir dilalui Raya dengan ribuan senyum dan bahagia. Begitupun dengan Arla, ia menjaga Raya dengan sepenuh hati dan berharap gadis yang dicintainya ini dapat bertahan hidup hingga seribu tahun lagi. Namun takdir berkata lain.. akhir tahun lalu Raya menghembuskan nafas terakhirnya, ternyata penyakit ganas itu tetap menjadi pemenang. Raya menghabiskan detik akhir hidupnya tetap bersama Arla dan keluarga nya. awalnya Arla dan keluarga tidak dapat menerima kepergian Raya, namun mereka tetap berusaha tegar dan mengikhlaskan kepergian Raya.
Arla..
Hari ini tugasku sudah selesai..
Aku harus pergi, bukan pergi meninggalkanmu..
Namun hanya sekedar pergi dari nyata nya kehidupanmu..
Hingga akhirnya, mungkin nanti kita akan bersama kembali..
Ditempat yang baru, bahkan dikehidupan yang baru..
Aku masih bisa merasakan indahnya senyummu, candamu, bahkan tawamu..
Terimakasih sudah menjadi alasan ku untuk tetap bertahan hidup..

Dariku yang mencintaimu, Raya

0 komentar:

Posting Komentar

Sabtu, 20 Juli 2013

Berbeda.

Awal bulan yang begitu aneh untuk Raya, seorang gadis teledor dengan segala keulahannya. Semua berawal dari awal Mei kemarin, saat semua siswa lalu lalang dengan rutinitas nya disekolah dan dengan kesibukan mereka masing-masing dengan pelajarannya, tetapi tidak untuk Raya. Gadis ini tetap santai melangkahkan kaki nya ke seluruh sudut ruangan disekolahnya. Dengan antusias nya ia mengawali hari demi hari disekolah yang menurut ia lebih menyenangkan dari keadaan dirumahnya. Ya terang saja, keadaan dirumah nya tidak begitu menyenangkan seperti keadaan diluar rumahnya, terlebih disekolah. Raya sering dikenal sebagai gadis periang dan selalu menebarkan senyumannya kepada siapapun yang bertemu dengannya, tidak heran bila ia di senangi oleh teman-temannya. “Ray! Gw pinjem buku catetan matematika lo yang kemarin dong..”  terdengar suara Sheka yang berteriak dari ujung koridor tepat saat Raya sedang berjalan-jalan kecil dengan tumpukan buku yang digenggam ditangan kanannya, “Eh Ka.. aduh gw enggak bawa buku nya nih, besok aja deh gw kasih ke lo ya bukunya hehe”. Jawab Raya singkat. Percakapan itupun berakhir begitu saja dikarenakan Raya yang terburu-buru berjalan menuju kelasnya.
Raya memang selalu melakukan hal yang sama setiap hari disekolah, mulai dari berjalan-jalan kecil mengelilingi koridor sekolah, hingga berjalan ditengah lapangan hingga membuat beberapa kakak kelas memperhatikannya dengan tatapan sinis. Kenapa sih kakak kelas itu selalu ngeliatin gw dengan pandangan yang seolah-olah mau makan gw hidup-hidup? Salah apa gw.. Pikir Raya saat sekilas melihat tatapan mata Kak Marko. Ya begitulah Marko, lelaki angkuh ini memang selalu tidak menyukai bila ada junior nya yang berjalan ditengah lapangan dengan mimik muka seakan tidak mempunyai salah apapun. Entah apa alasan Marko tidak menyukai junior nya yang melewati tengah lapangan itu, mungkin bagi Marko seorang junior harus bisa menghargai para senior dan tentunya tidak lancang melewati tengah lapangan yang notabene adalah kawasan para senior untuk mengumpul atau sekedar melakukan olahraga kecil disetiap waktu istirahat atau sepulang sekolah.
Langkah demi langkah dilewati oleh Raya, setapak demi setapak jalanan lapangan itu dilewati oleh Raya. Pagi ini ia memang sangat berbeda, senyuman nya sangat terlihat bahagia, lesung pipit di pipi nya menjadi lebih ceria dari sebelumnya. Seakan tidak memperdulikan tatapan para senior pada dirinya, ia tetap berjalan hingga akhirnya jalannya sedikit berubah menjadi berlari-lari kecil ditengah lapangan. Tanpa sadar ia menabrak salah satu senior nya, Buuuk.. “Woy kalau jalan tuh jangan pake kaki aja, mata juga digunain dong!”, Kata si senior dengan sinisnya. Aduh sial kenapa juga gw harus tabrakan sama cowok gak jelas ini, Ya Tuhan... Raya mengenali suara itu, benar saja.. Marko yang berdiri tepat dihadapan Raya langsung melontarkan argumen-argumen pedas nya pagi itu “Tolong ya adik kelas yang super duper menebar pesona pagi ini ditengah lapangan, kalau jalan tuh mata nya jangan ditinggal. Pernah diajarin cara berjalan yang baik dan benar kan?” “Maaf kak, saya salah tadi jalan terlalu terburu-buru jadi enggak sadar kalau udah nabrak kakak” Ujar Raya dengan menundukan kepalanya seolah takut dengan kakak senior nya ini.
Pagi ini sepertinya terlalu berbeda bagi Raya. Mulai dari berangkat sekolah ia diantar oleh Ayah nya yang biasanya selalu sibuk dengan segala pekerjaannya, lalu dengan keadaan meja makan pagi ini yang sudah tertata rapih dengan menu sarapan yang sengaja di buat oleh Ibu nya yang selama ini selalu berangkat pagi sekali walau hanya sekedar menghadiri meeting dikantornya, lalu... Sheka, teman kelasnya yang selama ini selalu menyindirnya ini itu didepan guru matematika tiba-tiba memanggilnya dan berniat meminjam buku catatan matematika Raya, setelah itu.. Marko.. Huaaa ada apa pagi ini? Aneh. Semuanya aneh.. mimpi apa gw semalem yampun..
Mei, bulan yang sebelumnya selalu dianggap Raya sama saja dengan bulan-bulan yang lain, namun entah mengapa Mei tahun ini mungkin terasa berbeda, semenjak lelaki itu hadir dikehidupannya, Arla. Entah dari mana datang nya makhluk ajaib ini dikehidupan Raya, semua mungkin terasa biasa saja sebelum akhirnya Raya mengenal Arla dari salah satu teman nya saat acara sekolah minggu lalu. Hari ini tambah lagi keanehan yang ditemui Raya, Arla dengan mimik muka cemas memperhatikan Raya yang semakin mendekati ruang kelasnya. “Ray, lo enggak kenapa-kenapa kan? Diapain lo sama si Marko?” . “Eh, Ar.. enggak gw gak diapa-apain kok, gw nya aja yang salah tadi nabrak dia yang segede papan tulis.. hehe, loh.. kok lo bisa tau? Pasti lo ngeliatin gw ya dari tadi? Hayo ngaku...” . Perbincangan singkat itu mulai berubah menjadi ajang saling ledek satu sama lain,
Entahlah.. semenjak mengenal Raya minggu lalu Arla menjadi merasa mengenal Raya lebih lama dari pertemuan pertamanya. Hari ke hari Arla selalu memperhatikan setiap tingkah laku Raya.. “Nih cewek yang waktu itu mau gw kenalin ke lo, Ar” ucap Rangga disela-sela acara sekolah malam itu “Hai.. Gw Arla, lo Raya anak IPA 1 kan?”.. “Wah.. ternyata lo tau gw kelas berapa.. hehe iya gw Raya, salam kenal deh ya”.. seperti itulah pertemuan Raya dan Arla untuk pertama kalinya, di acara sekolah minggu lalu. Raya yang mengenakan dress warna biru terlihat lebih cantik dengan kepangan yang menghiasi rambut hitam panjangnya.
Singkat, padat, dan berkesan.. itulah kesan pertama saat mengenal Raya, semakin membuat Arla merasakan hal yang tak biasa saat didekat Raya. Mungkin sama hal nya dengan Raya. Semenjak masa orientasi siswa awal pelajaran tahun lalu Raya memang sudah sering memperhatikan Arla, Arla adalah salah satu teman nya saat masa orientasi siswa tahun lalu. Tahun berganti tahun ternyata Arla dan Raya tidak ditakdirkan untuk mengenal lebih dekat. Hingga akhirnya saat acara minggu lalu mereka baru dipertemukan dengan keadaan yang tidak bisa mereka lupakan. Sejak malam itu kedekatan mereka berdua makin akrab, hanya sekedar menanyakan kabar Raya lewat pesan singkat bahkan Arla hanyak ingin sekedar mendengar suara Raya di ujung telepon setiap malam selalu dilakukan nya. Dunia Raya seakan penuh warna saat Arla datang di kehidupannya dengan membawa secerca harapan.mungkin hanya detak jam yang menjadi saksi Raya dan Arla setiap malam. Hidup mereka seakan berubah menjadi pelangi.
Semuanya beda, gw enggak pernah ngerasain hal ini sebelumnya.. saat dimana gw takut kehilangan seseorang yang jelas-jelas bukan milik gw. Takut kehilangan senyuman seseorang yang jelas-jelas enggak pernah gw kenal sebelumnya. Apa ini yang namanya jatuh cinta? Semenjak kenal sama dia gw ngerasa hidup gw gak abu-abu lagi, gw ngerasa hidup gw penuh warna. Lebih dari pelangi sekalipun.
“Rayaa.. kemana aja sih lo dateng telat mulu! Pelajaran pertama matematika, hih lo mau dihukum beresin koridor siswa IPS lagi?..” tegur Arla saat melihat Raya berjalan memasuki kelasnya dengan memengang kepalanya dengan wajah pucat pasi. “Iyee.. apa sih, Ar.. jangn bawel deh! Gw itu telat bangun mangkanya baru dateng jam segini”.. “Lo sakit, Ray? Pucet banget muka lo kayak kambing belum dibedakin?”.... Raya tidak membalas ledekan Arla pagi itu, ia merasakan tubuhnya serasa lemah dan mata nya serasa berputar-putar. Melihat itu, Arla mendadak khawatir dengan Raya hingga akhirnya secara diam-diam ia mengikuti Raya kemanapun Raya pergi.
Bruuuk.. “Rayaaa!!!!”. Arla berlari dari ruang guru menuju toilet wanita di bawah tangga, ia mendapati Raya sedang tergeletak tak berdaya dengan keadaan tubuh yang menggigil namun demam tinggi. Segera Arla membawa Raya ke ruang UKS dan Raya beristirahat dengan ditemani oleh Arla. “Ar.. lo ngapain disini? Kok gw ada di UKS?” Kata Raya sambil memegangi kepalanya. “Akhirnya lo sadar juga.. lo tadi tuh pingsan di depan toilet, udah sarapan belum sih? Lo lagi sakit?”. Raya tidak menjawab pertanyaan Arla satupun, yang ia tahu kini ia merasa tubuhnya diantara es yang sangat dingin, menggigil.
Keesokan harinya, Raya memutuskan untuk memeriksakan kesehatannya kerumah sakit. “Hai Raya, sudah lama tidak bertemu ternyata kamu sudah bersar ya sekarang”.. ujar Dokter Bima, Dokter Bima adalah salah satu Dokter yang menangani keluarga Raya yang sedang sakit. “Ada apa, Ray? Tumben kamu kesini..” Lanjut Dokter Bima. “Hehe iya dong Raya kan udah remaja sekarang, bukan anak kecil lagi.. ini, Dok. Akhir-akhir ini Raya sering kecapekan, pusing tapi hanya dibagian kiri dan sering pingsan mendadak”.. “Wah, mungkin kamu kecapekan? Ayo kita periksa dulu”. Dokter Bima mengeluarkan stetoskop dan alat tensi darah dari tas nya. ia memeriksa Raya dengan teliti dan Raya mengikuti semua penjelasan dari Dokter Bima. Tidak lama setelah itu, pemeriksaan Raya pun selesai, Dokter Bima mengambil kertas hasil pemeriksaan. “Hasilnya baik, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, mungkin kamu hanya kecapekan. Ini saya beri vitamin ya, namun hasil cek darah kamu baru bisa diambil mungkin 3 hari lagi..” “Oke Pak Dokter, semoga aja enggak ada apa-apa ya, kasih tau Raya kalau hasilnya udah bisa diambil ya.”
Sudah dua hari ini Raya tidak masuk sekolah. “Raya sakit, kemarin supir nya titipin surat izin ke gw nih” Ujar Sheka saat Arla menanyakan kabar Raya kepada Sheka. Hingga akhirnya sepulang sekolah Arla memutuskan untuk menjenguk Raya di rumahnya, benar saja.. Raya terlihat pucat dan sangat lemas berbaring ditempat tidur nya. melihat kedatangan Arla, Raya langsung memperlihatkan wajah yang ceria. “Aaaarr... akhirnya lo kangen gw juga, hahaha dateng juga kan lo jenguk gw.”.. “Aduh yampun pede banget lo, siapa juga yang kangen.. gw cuma heran aja kambing enggak dibedakin kayak lo dua hari ini kenapa gak masuk? Sakit lo belum sembuh?”. Raya langsung memukul Arla dengan boneka sapi nya. “Duh.. sakit tau!!”.. “Yeeh siapa suruh lo ngeledekin gw kayak gitu? Cantik kayak gini masa disamain sama kambing yang enggak dibedakin? Jahat!”. “Jangan manyun gitu dong, kan gw Cuma nanya..” kata Arla sambil mengelus-elus rambut panjang Raya. “Iya nih, gw masih gak enak badan.. lemes banget”..
Canda tawa antara mereka sangat lepas, hingga akhirnya Reyka kakak Raya memanggil Raya, “Ray.. ada telepon dari Dokter Bima nih, katanya penting”. Raya langsung sigap berlari menuruni anak tangga dan menerima telepon dari Dokter Bima “Raya kamu bisa kerumah sakit sekarang? Ini sangat penting.” Saat Dokter Bima berbicara seperti itu, perasaan Raya mendadak panik dan takut.. “Baik, Dok. Raya segera kerumah sakit”. Raya berlari menuju kamar nya, diambilnya tas biru awan yang digantung dibelakang pintu. “Lo mau kemana? Buru-buru banget?” Tanya Arla heran. “Jangan banyak tanya deh lo. Mending lo anterin gw sekarang kerumah sakit” Kata Raya dengan panik. Arla langsung menuruti kata-kata Raya dan mengantar nya kerumah sakit dengan menggunakan motor nya..
“Gimana hasil nya, Dok? Raya sehat-sehat aja kan?” Tanya Raya dengan mimik wajah yakin dan menatap Dokter Bima dengan pandangan yang tak seperti biasanya. “Saya juga tidak percaya dengan hasil test ini, sudah 3 kali diulang namun hasilnya tetap sama, kamu positive mengidap radang selaput otak stadium lanjut. Radang ini menyebar sangat cepat, perkembangannya melesat tinggi setiap 3 hari sekali. Maaf Raya, kamu harus melakukan perawatan lebih lanjut.”..
Demi dunia dan segala isinya, ini semua bagai petir ditengah hujan badai yang menggelegar diantara telingaku. Aku merasalumpuh seketika, bagaimana mungkin aku yang selama ini terlihat sangat sehat ternyata mengidap radang selaput otak stadium lanjut? Bagaimana bisa aku menjadi seorang gadis penderita penyakit seserius ini? Bagaimana bisa aku menjadi seorang gadis yang divonis tidak akan lama lagi untuk bertahan hidup?
Arla yang sejak tadi menemani Raya didalam ruangan Dokter Bima sekejap menjadi kaku, ia merasakan sambaran arus listrik yang kuat menyambar susunan saraf otaknya. Arla tidak percaya dengan hasil test tersebut, ia bersihkeras menayakan penyakit itu pada Dokter Bima, “Dokter pasti salah! Enggak mungkin Raya sakit kayak gini! Raya sehat!”.. isak tangis memenuhi ruangan putih tersebut, Arla memeluk Raya dengan kuat dan Raya semakin larut dalam tangisannya. Ia merasa hidupnya hancur, sebuah penyakit gini hinggap didalam tubuh nya dan tidak lama akan menggerogoti semua sistem dalam tubuhnya..
Tuhan.. bila ini kehendakmu, mengapa harus gadis ini yang menderita penyakit seserius ini? Mengapa bukan aku saja? Tuhan.. aku mencintainya,jangan biarkan tubuh lemah nya lama-lama habis dengan penyakit aneh itu. Sembuhkan Raya...
Hari ke hari kondisi tubuh Raya sangat memperihatinkan, Raya sudah tidak diperbolehkan sekolah mengingat kondisi nya yang tak sekuat dulu lagi, Arla masih setia menemani Raya setiap hari dan Raya pun tidak merasa pesimis dengan penyakitnya. Mereka masih seperti dulu, masih sama dan tak pernah berubah walaupun mereka masih belum mengutarakan perasaan nya masing-masing, namun mereka mengetahui bahwa mereka saling mencintai. “Ray, mungkin gw terlalu lama ngomong ini ke lo, tapi maaf gw baru bisa berani ngomong ini ke lo sekarang” Tutur Arla disela-sela canda tawa nya bersama Raya. “Halaah sok-sok serius deh lo, ngomong apasih emangnya?”.. “Kita kenal udah lama, Ray. Gw gak tau rasa ini ada sejak kapan. Tapi gw sayang lo, Ray! Gw mau jadi orang yang bisa jagain lo sampe kapanpun”...
Semenjak hari itu, Raya semakin kuat melawan penyakitnya. Karena Arla.. lelaki yang menjadi motivasi nya untuk bertahan hidup, menjadi alasan nya untuk tetap bernafas dan membuka matanya. Empat bulan terakhir dilalui Raya dengan ribuan senyum dan bahagia. Begitupun dengan Arla, ia menjaga Raya dengan sepenuh hati dan berharap gadis yang dicintainya ini dapat bertahan hidup hingga seribu tahun lagi. Namun takdir berkata lain.. akhir tahun lalu Raya menghembuskan nafas terakhirnya, ternyata penyakit ganas itu tetap menjadi pemenang. Raya menghabiskan detik akhir hidupnya tetap bersama Arla dan keluarga nya. awalnya Arla dan keluarga tidak dapat menerima kepergian Raya, namun mereka tetap berusaha tegar dan mengikhlaskan kepergian Raya.
Arla..
Hari ini tugasku sudah selesai..
Aku harus pergi, bukan pergi meninggalkanmu..
Namun hanya sekedar pergi dari nyata nya kehidupanmu..
Hingga akhirnya, mungkin nanti kita akan bersama kembali..
Ditempat yang baru, bahkan dikehidupan yang baru..
Aku masih bisa merasakan indahnya senyummu, candamu, bahkan tawamu..
Terimakasih sudah menjadi alasan ku untuk tetap bertahan hidup..

Dariku yang mencintaimu, Raya

0 komentar:

Posting Komentar

Syahrima. Diberdayakan oleh Blogger.
 

My Online Diary Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea