Awal bulan yang begitu aneh untuk
Raya, seorang gadis teledor dengan segala keulahannya. Semua berawal dari awal
Mei kemarin, saat semua siswa lalu lalang dengan rutinitas nya disekolah dan
dengan kesibukan mereka masing-masing dengan pelajarannya, tetapi tidak untuk
Raya. Gadis ini tetap santai melangkahkan kaki nya ke seluruh sudut ruangan
disekolahnya. Dengan antusias nya ia mengawali hari demi hari disekolah yang
menurut ia lebih menyenangkan dari keadaan dirumahnya. Ya terang saja, keadaan
dirumah nya tidak begitu menyenangkan seperti keadaan diluar rumahnya, terlebih
disekolah. Raya sering dikenal sebagai gadis periang dan selalu menebarkan
senyumannya kepada siapapun yang bertemu dengannya, tidak heran bila ia di senangi
oleh teman-temannya. “Ray! Gw pinjem buku catetan matematika lo yang kemarin
dong..” terdengar suara Sheka yang
berteriak dari ujung koridor tepat saat Raya sedang berjalan-jalan kecil dengan
tumpukan buku yang digenggam ditangan kanannya, “Eh Ka.. aduh gw enggak bawa
buku nya nih, besok aja deh gw kasih ke lo ya bukunya hehe”. Jawab Raya
singkat. Percakapan itupun berakhir begitu saja dikarenakan Raya yang terburu-buru
berjalan menuju kelasnya.
Raya memang selalu melakukan hal
yang sama setiap hari disekolah, mulai dari berjalan-jalan kecil mengelilingi
koridor sekolah, hingga berjalan ditengah lapangan hingga membuat beberapa
kakak kelas memperhatikannya dengan tatapan sinis. Kenapa sih kakak kelas itu selalu ngeliatin gw dengan pandangan yang
seolah-olah mau makan gw hidup-hidup? Salah apa gw.. Pikir Raya saat
sekilas melihat tatapan mata Kak Marko. Ya begitulah Marko, lelaki angkuh ini
memang selalu tidak menyukai bila ada junior nya yang berjalan ditengah
lapangan dengan mimik muka seakan tidak mempunyai salah apapun. Entah apa
alasan Marko tidak menyukai junior nya yang melewati tengah lapangan itu,
mungkin bagi Marko seorang junior harus bisa menghargai para senior dan
tentunya tidak lancang melewati tengah lapangan yang notabene adalah kawasan
para senior untuk mengumpul atau sekedar melakukan olahraga kecil disetiap
waktu istirahat atau sepulang sekolah.
Langkah demi langkah dilewati
oleh Raya, setapak demi setapak jalanan lapangan itu dilewati oleh Raya. Pagi
ini ia memang sangat berbeda, senyuman nya sangat terlihat bahagia, lesung
pipit di pipi nya menjadi lebih ceria dari sebelumnya. Seakan tidak
memperdulikan tatapan para senior pada dirinya, ia tetap berjalan hingga
akhirnya jalannya sedikit berubah menjadi berlari-lari kecil ditengah lapangan.
Tanpa sadar ia menabrak salah satu senior nya, Buuuk.. “Woy kalau jalan tuh jangan pake kaki aja, mata juga
digunain dong!”, Kata si senior dengan sinisnya. Aduh sial kenapa juga gw harus tabrakan sama cowok gak jelas ini, Ya
Tuhan... Raya mengenali suara itu, benar saja.. Marko yang berdiri tepat
dihadapan Raya langsung melontarkan argumen-argumen pedas nya pagi itu “Tolong
ya adik kelas yang super duper menebar pesona pagi ini ditengah lapangan, kalau
jalan tuh mata nya jangan ditinggal. Pernah diajarin cara berjalan yang baik
dan benar kan?” “Maaf kak, saya salah tadi jalan terlalu terburu-buru jadi
enggak sadar kalau udah nabrak kakak” Ujar Raya dengan menundukan kepalanya
seolah takut dengan kakak senior nya ini.
Pagi ini sepertinya terlalu
berbeda bagi Raya. Mulai dari berangkat sekolah ia diantar oleh Ayah nya yang
biasanya selalu sibuk dengan segala pekerjaannya, lalu dengan keadaan meja
makan pagi ini yang sudah tertata rapih dengan menu sarapan yang sengaja di
buat oleh Ibu nya yang selama ini selalu berangkat pagi sekali walau hanya
sekedar menghadiri meeting dikantornya, lalu... Sheka, teman kelasnya yang
selama ini selalu menyindirnya ini itu didepan guru matematika tiba-tiba
memanggilnya dan berniat meminjam buku catatan matematika Raya, setelah itu..
Marko.. Huaaa ada apa pagi ini? Aneh. Semuanya
aneh.. mimpi apa gw semalem yampun..
Mei, bulan yang sebelumnya selalu
dianggap Raya sama saja dengan bulan-bulan yang lain, namun entah mengapa Mei
tahun ini mungkin terasa berbeda, semenjak lelaki itu hadir dikehidupannya, Arla.
Entah dari mana datang nya makhluk ajaib ini dikehidupan Raya, semua mungkin
terasa biasa saja sebelum akhirnya Raya mengenal Arla dari salah satu teman nya
saat acara sekolah minggu lalu. Hari ini tambah lagi keanehan yang ditemui
Raya, Arla dengan mimik muka cemas memperhatikan Raya yang semakin mendekati
ruang kelasnya. “Ray, lo enggak kenapa-kenapa kan? Diapain lo sama si Marko?” .
“Eh, Ar.. enggak gw gak diapa-apain kok, gw nya aja yang salah tadi nabrak dia
yang segede papan tulis.. hehe, loh.. kok lo bisa tau? Pasti lo ngeliatin gw ya
dari tadi? Hayo ngaku...” . Perbincangan singkat itu mulai berubah menjadi
ajang saling ledek satu sama lain,
Entahlah.. semenjak mengenal Raya
minggu lalu Arla menjadi merasa mengenal Raya lebih lama dari pertemuan
pertamanya. Hari ke hari Arla selalu memperhatikan setiap tingkah laku Raya.. “Nih
cewek yang waktu itu mau gw kenalin ke lo, Ar” ucap Rangga disela-sela acara
sekolah malam itu “Hai.. Gw Arla, lo Raya anak IPA 1 kan?”.. “Wah.. ternyata lo
tau gw kelas berapa.. hehe iya gw Raya, salam kenal deh ya”.. seperti itulah
pertemuan Raya dan Arla untuk pertama kalinya, di acara sekolah minggu lalu.
Raya yang mengenakan dress warna biru terlihat lebih cantik dengan kepangan
yang menghiasi rambut hitam panjangnya.
Singkat, padat, dan berkesan.. itulah
kesan pertama saat mengenal Raya, semakin membuat Arla merasakan hal yang tak
biasa saat didekat Raya. Mungkin sama hal nya dengan Raya. Semenjak masa
orientasi siswa awal pelajaran tahun lalu Raya memang sudah sering
memperhatikan Arla, Arla adalah salah satu teman nya saat masa orientasi siswa
tahun lalu. Tahun berganti tahun ternyata Arla dan Raya tidak ditakdirkan untuk
mengenal lebih dekat. Hingga akhirnya saat acara minggu lalu mereka baru
dipertemukan dengan keadaan yang tidak bisa mereka lupakan. Sejak malam itu
kedekatan mereka berdua makin akrab, hanya sekedar menanyakan kabar Raya lewat
pesan singkat bahkan Arla hanyak ingin sekedar mendengar suara Raya di ujung
telepon setiap malam selalu dilakukan nya. Dunia Raya seakan penuh warna saat
Arla datang di kehidupannya dengan membawa secerca harapan.mungkin hanya detak
jam yang menjadi saksi Raya dan Arla setiap malam. Hidup mereka seakan berubah
menjadi pelangi.
Semuanya beda, gw enggak pernah ngerasain hal ini sebelumnya.. saat
dimana gw takut kehilangan seseorang yang jelas-jelas bukan milik gw. Takut kehilangan
senyuman seseorang yang jelas-jelas enggak pernah gw kenal sebelumnya. Apa ini
yang namanya jatuh cinta? Semenjak kenal sama dia gw ngerasa hidup gw gak
abu-abu lagi, gw ngerasa hidup gw penuh warna. Lebih dari pelangi sekalipun.
“Rayaa.. kemana aja sih lo dateng
telat mulu! Pelajaran pertama matematika, hih lo mau dihukum beresin koridor
siswa IPS lagi?..” tegur Arla saat melihat Raya berjalan memasuki kelasnya
dengan memengang kepalanya dengan wajah pucat pasi. “Iyee.. apa sih, Ar.. jangn
bawel deh! Gw itu telat bangun mangkanya baru dateng jam segini”.. “Lo sakit,
Ray? Pucet banget muka lo kayak kambing belum dibedakin?”.... Raya tidak
membalas ledekan Arla pagi itu, ia merasakan tubuhnya serasa lemah dan mata nya
serasa berputar-putar. Melihat itu, Arla mendadak khawatir dengan Raya hingga
akhirnya secara diam-diam ia mengikuti Raya kemanapun Raya pergi.
Bruuuk.. “Rayaaa!!!!”. Arla berlari dari ruang guru menuju toilet
wanita di bawah tangga, ia mendapati Raya sedang tergeletak tak berdaya dengan
keadaan tubuh yang menggigil namun demam tinggi. Segera Arla membawa Raya ke
ruang UKS dan Raya beristirahat dengan ditemani oleh Arla. “Ar.. lo ngapain
disini? Kok gw ada di UKS?” Kata Raya sambil memegangi kepalanya. “Akhirnya lo
sadar juga.. lo tadi tuh pingsan di depan toilet, udah sarapan belum sih? Lo lagi
sakit?”. Raya tidak menjawab pertanyaan Arla satupun, yang ia tahu kini ia
merasa tubuhnya diantara es yang sangat dingin, menggigil.
Keesokan harinya, Raya memutuskan
untuk memeriksakan kesehatannya kerumah sakit. “Hai Raya, sudah lama tidak
bertemu ternyata kamu sudah bersar ya sekarang”.. ujar Dokter Bima, Dokter Bima
adalah salah satu Dokter yang menangani keluarga Raya yang sedang sakit. “Ada
apa, Ray? Tumben kamu kesini..” Lanjut Dokter Bima. “Hehe iya dong Raya kan
udah remaja sekarang, bukan anak kecil lagi.. ini, Dok. Akhir-akhir ini Raya
sering kecapekan, pusing tapi hanya dibagian kiri dan sering pingsan mendadak”..
“Wah, mungkin kamu kecapekan? Ayo kita periksa dulu”. Dokter Bima mengeluarkan
stetoskop dan alat tensi darah dari tas nya. ia memeriksa Raya dengan teliti
dan Raya mengikuti semua penjelasan dari Dokter Bima. Tidak lama setelah itu,
pemeriksaan Raya pun selesai, Dokter Bima mengambil kertas hasil pemeriksaan. “Hasilnya
baik, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, mungkin kamu hanya kecapekan. Ini saya
beri vitamin ya, namun hasil cek darah kamu baru bisa diambil mungkin 3 hari
lagi..” “Oke Pak Dokter, semoga aja enggak ada apa-apa ya, kasih tau Raya kalau
hasilnya udah bisa diambil ya.”
Sudah dua hari ini Raya tidak
masuk sekolah. “Raya sakit, kemarin supir nya titipin surat izin ke gw nih”
Ujar Sheka saat Arla menanyakan kabar Raya kepada Sheka. Hingga akhirnya
sepulang sekolah Arla memutuskan untuk menjenguk Raya di rumahnya, benar saja..
Raya terlihat pucat dan sangat lemas berbaring ditempat tidur nya. melihat
kedatangan Arla, Raya langsung memperlihatkan wajah yang ceria. “Aaaarr...
akhirnya lo kangen gw juga, hahaha dateng juga kan lo jenguk gw.”.. “Aduh
yampun pede banget lo, siapa juga
yang kangen.. gw cuma heran aja kambing enggak dibedakin kayak lo dua hari ini
kenapa gak masuk? Sakit lo belum sembuh?”. Raya langsung memukul Arla dengan
boneka sapi nya. “Duh.. sakit tau!!”.. “Yeeh siapa suruh lo ngeledekin gw kayak
gitu? Cantik kayak gini masa disamain sama kambing yang enggak dibedakin? Jahat!”.
“Jangan manyun gitu dong, kan gw Cuma nanya..” kata Arla sambil mengelus-elus
rambut panjang Raya. “Iya nih, gw masih gak enak badan.. lemes banget”..
Canda tawa antara mereka sangat
lepas, hingga akhirnya Reyka kakak Raya memanggil Raya, “Ray.. ada telepon dari
Dokter Bima nih, katanya penting”. Raya langsung sigap berlari menuruni anak
tangga dan menerima telepon dari Dokter Bima “Raya kamu bisa kerumah sakit
sekarang? Ini sangat penting.” Saat Dokter Bima berbicara seperti itu, perasaan
Raya mendadak panik dan takut.. “Baik, Dok. Raya segera kerumah sakit”. Raya berlari
menuju kamar nya, diambilnya tas biru awan yang digantung dibelakang pintu. “Lo
mau kemana? Buru-buru banget?” Tanya Arla heran. “Jangan banyak tanya deh lo. Mending
lo anterin gw sekarang kerumah sakit” Kata Raya dengan panik. Arla langsung
menuruti kata-kata Raya dan mengantar nya kerumah sakit dengan menggunakan
motor nya..
“Gimana hasil nya, Dok? Raya sehat-sehat
aja kan?” Tanya Raya dengan mimik wajah yakin dan menatap Dokter Bima dengan
pandangan yang tak seperti biasanya. “Saya juga tidak percaya dengan hasil test
ini, sudah 3 kali diulang namun hasilnya tetap sama, kamu positive mengidap
radang selaput otak stadium lanjut. Radang ini menyebar sangat cepat,
perkembangannya melesat tinggi setiap 3 hari sekali. Maaf Raya, kamu harus melakukan
perawatan lebih lanjut.”..
Demi dunia dan segala isinya, ini semua bagai petir ditengah hujan
badai yang menggelegar diantara telingaku. Aku merasalumpuh seketika, bagaimana
mungkin aku yang selama ini terlihat sangat sehat ternyata mengidap radang
selaput otak stadium lanjut? Bagaimana bisa aku menjadi seorang gadis penderita
penyakit seserius ini? Bagaimana bisa aku menjadi seorang gadis yang divonis
tidak akan lama lagi untuk bertahan hidup?
Arla yang sejak tadi menemani
Raya didalam ruangan Dokter Bima sekejap menjadi kaku, ia merasakan sambaran
arus listrik yang kuat menyambar susunan saraf otaknya. Arla tidak percaya
dengan hasil test tersebut, ia bersihkeras menayakan penyakit itu pada Dokter
Bima, “Dokter pasti salah! Enggak mungkin Raya sakit kayak gini! Raya sehat!”..
isak tangis memenuhi ruangan putih tersebut, Arla memeluk Raya dengan kuat dan
Raya semakin larut dalam tangisannya. Ia merasa hidupnya hancur, sebuah
penyakit gini hinggap didalam tubuh nya dan tidak lama akan menggerogoti semua
sistem dalam tubuhnya..
Tuhan.. bila ini kehendakmu, mengapa harus gadis ini yang menderita
penyakit seserius ini? Mengapa bukan aku saja? Tuhan.. aku mencintainya,jangan
biarkan tubuh lemah nya lama-lama habis dengan penyakit aneh itu. Sembuhkan Raya...
Hari ke hari kondisi tubuh Raya
sangat memperihatinkan, Raya sudah tidak diperbolehkan sekolah mengingat
kondisi nya yang tak sekuat dulu lagi, Arla masih setia menemani Raya setiap
hari dan Raya pun tidak merasa pesimis dengan penyakitnya. Mereka masih seperti
dulu, masih sama dan tak pernah berubah walaupun mereka masih belum
mengutarakan perasaan nya masing-masing, namun mereka mengetahui bahwa mereka
saling mencintai. “Ray, mungkin gw terlalu lama ngomong ini ke lo, tapi maaf gw
baru bisa berani ngomong ini ke lo sekarang” Tutur Arla disela-sela canda tawa
nya bersama Raya. “Halaah sok-sok serius deh lo, ngomong apasih emangnya?”.. “Kita
kenal udah lama, Ray. Gw gak tau rasa ini ada sejak kapan. Tapi gw sayang lo,
Ray! Gw mau jadi orang yang bisa jagain lo sampe kapanpun”...
Semenjak hari itu, Raya semakin
kuat melawan penyakitnya. Karena Arla.. lelaki yang menjadi motivasi nya untuk
bertahan hidup, menjadi alasan nya untuk tetap bernafas dan membuka matanya. Empat
bulan terakhir dilalui Raya dengan ribuan senyum dan bahagia. Begitupun dengan
Arla, ia menjaga Raya dengan sepenuh hati dan berharap gadis yang dicintainya
ini dapat bertahan hidup hingga seribu tahun lagi. Namun takdir berkata lain..
akhir tahun lalu Raya menghembuskan nafas terakhirnya, ternyata penyakit ganas
itu tetap menjadi pemenang. Raya menghabiskan detik akhir hidupnya tetap
bersama Arla dan keluarga nya. awalnya Arla dan keluarga tidak dapat menerima
kepergian Raya, namun mereka tetap berusaha tegar dan mengikhlaskan kepergian
Raya.
Arla..
Hari ini tugasku sudah selesai..
Aku harus pergi, bukan pergi meninggalkanmu..
Namun hanya sekedar pergi dari nyata nya kehidupanmu..
Hingga akhirnya, mungkin nanti kita akan bersama kembali..
Ditempat yang baru, bahkan dikehidupan yang baru..
Aku masih bisa merasakan indahnya senyummu, candamu, bahkan tawamu..
Terimakasih sudah menjadi alasan ku untuk tetap bertahan hidup..
Dariku yang mencintaimu, Raya